Parung Panjang di Tengah Deru Truk dan Harapan Warga

Oleh: Tim Redaksi
Rabu, 06 Agustus 2025 | 18:12 WIB
Situasi jalanan Parung Panjang. (BeritaNasional)
Situasi jalanan Parung Panjang. (BeritaNasional)

BeritaNasional.com - Di balik riuh deru mesin truk dan debu jalanan yang menggumpal, Parung Panjang, sebuah wilayah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus bergulat dengan kenyataan pahit. Kemacetan bukan lagi sekadar rutinitas pagi dan sore hari, melainkan sudah menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan warga.

Wajah lelah Dani (50), warga Parung Panjang, mencerminkan suara hati banyak orang yang menggantungkan harapan pada selesainya proyek perbaikan jalan yang tak kunjung rampung. 

“Semoga cepat selesai enam bulan,” ucapnya lirih kepada Beritanasional.com, sembari memandangi antrean kendaraan yang mengular di depan matanya.

Jalan Moch Toha hingga Bunar, yang menjadi jalur utama di kawasan ini, kini tengah dalam proses perbaikan sejak Juni 2025. Proyek ini ditargetkan selesai pada Desember mendatang, namun Pemprov Jawa Barat membuka peluang pengerjaan berlanjut hingga 2026. 

Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, menyebutkan bahwa dari total 28,3 kilometer panjang jalan Parung Panjang, baru sekitar 13 kilometer yang dalam kondisi baik. Sisanya, lebih dari 14 kilometer masih rusak parah.

“Insya Allah, kurang lebih setengahnya diharapkan dapat diselesaikan di tahun 2026 bersama Gubernur terpilih,” ungkap Herman, Kamis (13/2/2025).

Namun, perbaikan jalan ini justru menghadirkan dilema tersendiri. Sistem buka-tutup yang diterapkan untuk mempercepat pengerjaan membuat kemacetan semakin menggila. Terlebih, truk-truk tambang pengangkut pasir yang melintas di luar jam operasional terus melaju tanpa memedulikan keselamatan pengguna jalan lain.

Bukan hanya kesabaran yang diuji, tapi juga nyawa. Catatan duka menyelimuti jalur ini lebih dari 100 orang telah meregang nyawa akibat kecelakaan lalu lintas. Tidak heran jika jalan Parung Panjang kini mendapat julukan kelam: jalur neraka.

Truk-truk tambang seolah menjadi raksasa yang menakutkan bagi pengendara roda dua dan warga yang harus berbagi jalan. Jalanan yang sempit dan rusak menjadi panggung kecelakaan demi kecelakaan, terutama di pagi hari ketika warga bergegas menuju tempat kerja dan anak-anak ke sekolah.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebenarnya telah menaruh perhatian serius. Namun, proses panjang dan kompleksitas permasalahan di lapangan membuat perubahan terasa lamban. Belum lagi soal pengawasan terhadap truk tambang yang sering melanggar aturan jam operasional.

Kini, yang tersisa bagi warga adalah menunggu dengan harap, cemas, dan doa agar jalan yang mereka lewati setiap hari bukan lagi menjadi saksi bisu dari tragedi demi tragedi.

“Semoga ke depan bukan cuma jalannya yang diperbaiki, tapi juga sistem dan kesadaran semua pihak. Sehingga warga bisa beraktivitas seperti biasa lagi tanpa terganggu kemacetan,” harap Dani, menutup perbincangan.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: