Kisah Newcastle United Pasca Takeover Saudi: Rp 5,6 Triliun untuk Fasilitas dan Transformasi Tim

Oleh: Tim Redaksi
Senin, 06 Oktober 2025 | 05:44 WIB
Woltemade cetak gol di Laga debut bersama Newcastle. (Foto doc. Newcastle)
Woltemade cetak gol di Laga debut bersama Newcastle. (Foto doc. Newcastle)

BeritaNasional.com -  Newcastle United terus mengalami transformasi signifikan sejak diambil alih konsorsium Saudi senilai £305 juta (sekitar Rp5,6 triliun) hampir empat tahun lalu.

Meski disebut klub terkaya di dunia, realita di lapangan dan fasilitas klub jauh dari kata mewah, dengan pelatihan di Benton yang sebelumnya "di bawah standar Premier League".

Manajer Eddie Howe mengingat kembali saat pertama kali meninjau fasilitas tersebut. "Kami perlu banyak perbaikan. Sekarang, selain fasilitas, yang benar-benar berubah adalah tim itu sendiri," ujar Howe. dikutip dari BBC Sport, Senin (5/10/2025).

Fasilitas kini telah diperbarui dengan kolam hidroterapi, ruang ganti lebih luas, kantin baru, dan lounge pemain.

Para pemain seperti Matt Ritchie menyoroti perubahan budaya kerja di klub. "Perhatian terhadap detail, persiapan, dan keinginan untuk berkembang membuat Newcastle berbeda. Hingga kini, pemain benar-benar merasakan perbedaan itu," kata Ritchie.

Namun, kesuksesan tidak datang instan. Newcastle saat ini berada di peringkat 15 Premier League, kehilangan striker Alexander Isak ke Liverpool seharga £125 juta (sekitar Rp2,3 triliun), dan masih menunggu keputusan soal St James’ Park serta pembangunan fasilitas latihan baru.

Meski begitu, prestasi tetap dicatat. Klub mengakhiri puasa gelar 70 tahun dengan menjuarai Carabao Cup dan lolos ke Liga Champions dalam dua dari tiga musim terakhir.

Di luar lapangan, pendapatan klub melonjak dari £140 juta (Rp2,6 triliun) pada 2021 menjadi lebih dari £400 juta (sekitar Rp7,3 triliun) musim ini, dengan staf yang lebih dari dua kali lipat menjadi 550 orang. Investasi besar juga dilakukan pada akademi dan tim wanita.

Meski kaya, Newcastle harus berhati-hati karena aturan Profit and Sustainability Rules (PSR) membatasi kerugian £105 juta (sekitar Rp1,9 triliun) dalam tiga tahun.

Pendekatan bertahap membangun tim dan memaksimalkan potensi komersial menjadi strategi utama, bukan sekadar belanja besar-besaran.

CEO David Hopkinson menekankan inovasi dan potensi komersial yang belum dimanfaatkan. Tujuan jangka panjang klub adalah menjadi salah satu elite global, di bawah kepemimpinan chairman Yasir Al-Rumayyan dan pemilik Jamie Reuben.

Namun, kontroversi seputar catatan hak asasi manusia Saudi tetap menjadi sorotan. Felix Jakens dari Amnesty International UK mengingatkan bahwa sepak bola tidak bisa memisahkan diri dari isu global yang lebih besar.

Dengan perbaikan fasilitas, budaya kerja baru, dan strategi bertahap, Newcastle United terus membangun fondasi menuju ambisi global, meski menghadapi tantangan di lapangan dan kritik dari luar.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: