Polri Cari Solusi Atasi Masalah Internal, dari Radikalisme sampai LGBT Intai Anggota
BeritaNasional.com - Polri saat ini tengah berupaya untuk mencari soslusi mengatasi berbagai masalah yang tengah mengintai anggota, mulai dari intoleransi, radikalisme, hingga Lesbian Gay Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Hal ini diakui As SDM Kapolri, Irjen Anwar saat Seminar Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter yang digelar pada Rabu (15/10/2025) lalu.
"Apakah ada masalah di Polri? Ada. Jadi saya harus jujur mengatakan, berkaitan dengan SSDM polri, masalah apa yang kita hadapi? Satu, masalah intoleransi, masalah radikal, kan gitu kan? Apakah polri sudah terpapar? Iya. Kita harus akui," kata Anwar dikutip Selasa (28/10/2025).
Apa yang disampaikan Anwar bukan tanpa alasan, dia mencontohkan kasus polisi wanita di Maluku Utara beberapa tahun lalu yang terpapar paham radikal. Sampai akhirnya terhasut hingga keluar dari Polri dan bergabung dengan kelompok radikal.
Kemudian, contoh lainnya terkait kegiatan Polisi Cinta Sunnah (PCS) yang berujung pada penyebaran paham yang memakai dalil sunnah, namun nyatanya melenceng dari yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
"Karena memang untuk memasuki sebuah kegiatan, itu harus menampakkan yang benar, yang ujung-ujungnya adalah wahabi. Wahabi itu apa? Teroris. Di sini ada di kepolisian," bebernya.
Oleh sebab itu, Anwar menyampaikan saat ini pihaknya secara rutin melakukan kegiatan agama untuk para anggota. Termasuk, memanfaatkan media sosial untuk melawan penyebaran paham radikal.
"Mereka bisa mencuci otak dengan medsos, maka kita juga gunakan medsos untuk mencuci otak anggota kita yang benar. Untuk mengimbangi," kata dia.
Lebih lanjut, Anwar juga mengungkap masalah yang tidak kalah penting harus segera dibenahi. Yakni, paparan pengaruh penyimpangan LGBT yang mengintai anggota Polri.
Bahkan, ia mengaku masih kesulitan untuk mendeteksi anggota yang terpapar LGBT. Sehingga, saat ini dirinya sedang mencari alat yang dapat mendeteksi LGBT, sebab deteksi melalui jejak digital masih sulit dilakukan.
"Saya masih mencari, di mana sih alat untuk bisa mendeteksi itu. Rupanya kita belum punya. Mungkin nanti kita mencari ke situ (teknologi)" jelas dia.
Sebab, Anwar mengakui kalau masalah terpaparnya anggota terhadap perilaku penyimpangan LGBT sering kali baru dapat terdeteksi ketika sudah ada masalah hingga dikenakan sanksi.
"Polisi sekarang tidak mentolerir hal seperti itu. Akhirnya begitu terjadi, ketahuan ya sudah diproses, lalu PTDH. Tapi tidak ada alat yang untuk mendeteksi, anak ini akan terpapar. Baik itu intoleransi, radikal, maupun yang lain sebagainya," tegasnya.

OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 19 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 17 jam yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu







