3 Pola Kemitraan Perum Bulog yang Sukses Hasilkan 14.236 Ton Gabah Nasional

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 04 November 2025 | 18:48 WIB
3 pola kemitraan Perum Bulog yang sukses hasilkan 14.236 ton gabah nasional. (Foto/Bulog)
3 pola kemitraan Perum Bulog yang sukses hasilkan 14.236 ton gabah nasional. (Foto/Bulog)

BeritaNasional.com - Dalam rangka memperkuat rantai pasok beras nasional dan kemandirian pangan nasional, Perum Bulog mengimplementasikan tiga pola kemitraan pertanian yakni kemitraan sinergis, program Makmur BUMN, dan pola mandiri. Hasilnya, Indonesia sukses menghasilkan 14.236 ton gabah secara nasional pada musim tanam pertama. 

Direktur Pengadaan Perum Bulog Prihasto Setyanto mengatakan, pola kemitraan sinergis telah berjalan sejak 2024 mencakup 2.826 hektare di berbagai wilayah Indonesia dengan hasil produksi gabah mencapai 14.236 ton pada musim tanam pertama yang telah diserap Bulog.

"Ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Kemitraan sinergis ini kita bermitra dengan petani. Jadi lahannya memang lahan petani," kata Prihasto dalam kegiatan panen padi di lahan budi daya Mitra Tani Perum Bulog di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/11/2025). 

Prihasto menjelaskan, kemitraan sinergis tersebar di seluruh Indonesia di antaranya Lebak, Klaten, Banyuwangi, Palopo, Indramayu, Merauke, Cirebon, Sumedang, Grobogan hingga Sukoharjo. Hasilnya, sebanyak 14.236 ton gabah sukses diproduksi di musim tanam pertama, sementara musim tanam kedua sedang berlanjut.

Dia menjelaskan, pola kemitraan sinergis Bulog dengan skema membiayai semua sarana produksi petani, yang kemudian ketika memasuki masa panen, Bulog berperan sebagai off-taker yang akan menyerap gabah petani.

"Alhamdulillah, dari kemitraan sinergis ini semua konsep kerja samanya sudah berjalan dan dalam hal ini Bulog masih tetap diuntungkan dengan kemitraan sinergis ini," jelasnya.

Pola kedua, sambung dia, yakni program Makmur BUMN yang melibatkan kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia serta beberapa BUMN lain mencakup lahan seluas 3.757 hektare, yang mana Bulog berperan sebagai off-taker hasil panen petani.

"Bekerja sama dengan Pupuk Indonesia, dengan BUMN lain, lahan-lahan yang tadinya milik BUMN dikerjasamakan dengan petani. Jadi, Bulog fungsinya sebagai off-taker di dalam kegiatan pola ini," terangnya

Kemudian, kata Prihasto, pola ketiga yaitu mandiri Bulog, dijalankan di atas aset lahan milik perusahaan BUMN pangan tersebut seperti di Kepuh, Cikalong, Marunda, dan Cibitung, dengan total luasan mencapai lebih dari 60 hektare. Kegiatan pertanian mandiri di Kepuh menghasilkan peningkatan signifikan, dari 4,3 ton menjadi 7,2 ton per hektare, menunjukkan keberhasilan penerapan teknologi dan sistem budidaya modern yang diterapkan.

Menurut Prihasto, Bulog menggunakan benih unggul dari Balai Besar Tanaman Padi serta menerapkan pemupukan berbasis drone yang efisien dan tepat waktu, hasil kerja sama dengan Pupuk Indonesia untuk meningkatkan produktivitas. Skema penyerapan gabah dilakukan secara fleksibel, menggunakan public service obligation (PSO) untuk harga di bawah Rp6.500 per kg dan skema komersial untuk harga di atasnya, menjaga keseimbangan antara efisiensi dan keuntungan petani.

Dengan penerapan tiga pola kemitraan tersebut, dia menambahkan, Bulog menunjukkan peran aktif sebagai penggerak utama peningkatan produktivitas, efisiensi, dan kemandirian sektor pertanian nasional berbasis kolaborasi dan inovasi.

"Jadi teman-teman dari PMO (project management office) Mitra Tani Bulog, selama lokasinya ada, lahannya clear and clean, tidak bermasalah dengan masyarakat yang ada di sekitar sana, kita akan garap untuk memberikan satu produksi yang kita hasilkan untuk Perum Bulog," tandas Prihasto.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: