Patahkan Stigma, Prabowo Beri Peluang 500 Ribu Lulusan SMK Kerja di Luar Negeri
BeritaNasional.com - Presiden Prabowo Subianto mematahkan stigma lulusan sekolah menengah memiliki kesempatan kerja yang terbatas. Melalui Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar, pemerintah memberikan beasiswa untuk bekerja ke luar negeri bagi 500 ribu lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) lewat Program SMK Go Global.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin, pria yang akrab disapa Cak Imin menyampaikan bahwa program jangka pendek ini bertujuan untuk memberi peluang pada lulusan-lulusan SMK yang memiliki kompetensi agar bisa terus ditingkatkan, sehingga mampu mendapatkan peluang pekerjaan di luar negeri dengan gaji yang bagus.
"Insyaallah dengan perintah dan arahan Presiden, program akhir tahun 2025 dan tahun 2026 ini kita menempatkan lulusan SMK dan SMA yang berminat dengan keterampilan khusus, baik itu pengelasan, perhotelan, perawatan, dan lain-lain untuk bisa bekerja lebih baik dengan gaji yang bagus di luar negeri," kata Cak Imin dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Menko PM, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Cak Imin menjelaskan, anggaran sebesar Rp2,6 miliar telah disiapkan untuk memberangkatkan 500 ribu lulusan SMK Go Global pada akhir 2025 untuk bekerja ke berbagai negara yang membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan-keterampilan tertentu. Para lulusan SMK Go Global tersebut juga dibekali dengan kemampuan bahasa.
"Banyak peluang kerja di Jerman, Turki, termasuk juga di Jepang yang sangat terbuka luas bagi para pekerja dengan skill tertentu yang disiapkan dengan baik. Bagi yang berminat, akan langsung memasuki masa pelatihan yang disiapkan lalu bisa berangkat," terangnya.
Sementara itu, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin mengemukakan, total 500 ribu siswa yang diberangkatkan tersebut terdiri dari 300 ribu lulusan SMK dan 200 ribu dari masyarakat umum.
"Kami sudah merinci per kompetensi, juga sudah memetakan dan membuat profil negara-negara penempatan beserta sektor-sektor pekerjaannya. Prinsipnya, kami KP2MI sudah siap mengeksekusi program ini," ujar Mukhtarudin.
Terkait penguatan SDM, Mukhtarudin menyoroti kelemahan tenaga kerja Indonesia di pasar global, salah satunya kemampuan bahasa asing.
"Artinya, kita harus tekankan pendidikan vokasi. Tidak mungkin mengirim pekerja kita yang tidak memahami bahasa negara tujuan," ujarnya.
Mukhtarudin menambahkan, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan ada 1,5 juta lulusan sekolah menengah kejuruan yang belum terserap pasar kerja domestik. Karena itu, pemerintah meluncurkan Program Quick Win dengan memanfaatkan lembaga vokasi untuk meningkatkan daya saing pekerja Indonesia.
"Kita ingin penempatan yang berkualitas. Bisa kirim tenaga kerja profesional, bukan sekadar buruh kasar," tandasnya.
Sumber: Antara
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
BUDAYA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 20 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 5 jam yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu






