Film Kiblat Sebabkan Kontroversi, Ini Pendapat Joko Anwar

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Jumat, 29 Maret 2024 | 17:00 WIB
Film Kiblat kontroversial (Foto/Inst BBC)
Film Kiblat kontroversial (Foto/Inst BBC)

Indonesiaglobe.id - Film Kiblat akhir-akhir ini menyebabkan kontroversi. Banyak umat Islam mengecamnya dan bahkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, Cholil Nafis, menyebut film itu sebagai kampanye hitam terhadap ajaran agama.

Sejumlah sineas dan kritikus film menilai film-film horor Indonesia yang tayang belakangan ini memang mengarah pada eksploitasi agama demi meraup keuntungan semata.

Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Ervan Ismail, mengatakan Kiblat belum lulus sensor dan masih tahap peninjauan sehingga harus dikembalikan ke rumah produksi. Kendati dia menyebut pihaknya memberikan banyak catatan atas film ini.

Di media sosial X, misalnya kebanyakan komentar yang muncul menyebutkan film horor berbau agama ini tidak mendidik, menistakan agama, dan hanya menakuti-nakuti orang sehingga takut untuk beribadah.

Sebab dalam tayangan di film ini ada adegan saat si tokoh melakukan rukuk, tiba-tiba saja tubuhnya membalik hingga kepalanya menghadap ke atas.

Seperti yang dicuitkan @ManBehindThe9un, "Film ini masuk sebagai penistaan agama karena menampilkan gerakan salat rukuk dengan penggambaran iblis atau setan."

Ustaz Hilmi Firdausi @Hilmi28 mengatakan, "Dengan segala hormat kepada para pembuat produser film Indonesia, tolong hentikan membuat film horor seperti Kiblat ini. Sama sekali tidak mendidik, bahkan membuat sebagian orang jadi takut salat. Dulu kejadian yang sama terjadi pada sekual film Makmum, Khanzab."

Dikutip dari BBC Indonesia, selain dari netizen, sineas sekaligus sutradara Gina S Noer juga menunjukkan keresahannya terhadap film-film horor Indonesia bertema agama yang tayang belakangan ini. Dia menilai film-film tersebut "sudah masuk ke ranah eksploitasi agama, terutama agama Islam."

"Kebanyakan film horor menggunakan salat, doa, zikir, dan lain-lain cuma jadi plot devices murahan untuk jumpscare karakternya diganggu setan," ucapnya dalam unggahan di Instagram.

"Sehingga kelemahan iman bukan lagi menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal tapi cara dangkal biar cepat seram," sambungnya.

Sementara itu, Sutradara yang banyak menggarap film horor, Joko Anwar mengatakan, film yang mengekploitasi agama adalah film yang menggunakan unsur agama dalam filmnya hanya untuk kepentingan komersial semata tanpa memperlakukan agama dengan hormat.

Misalnya, kata Joko, cuma dipakai untuk adegan seram tanpa dasar kebenaran dan dilakukan secara berlebihan. Kendati, katanya, tak bisa dipungkiri film dibuat berdasarkan apa yang dekat dengan masyarakat.

"Agama sangat lekat dengan orang Indonesia. Sehingga kalau mau menampilkan kehidupan yang realistis, mau enggak mau pasti akan ada elemen agama yang masuk. Tapi harus diperlakukan dengan hormat," katanya.

Di Indonesia, sambungnya, agama adalah sesuatu yang dijunjung tinggi. Itu kenapa film yang membawa unsur agama, harus ditimbang apakah menyinggung atau tidak. Begitu pula pembuatan adegannya, harus benar.

"Misalnya, dalam film saya Pengabdi Setan ada adegan salat yang diganggu makhluk astral. Tapi jelas pesannya, dia diganggu karena tujuan dia salat karena takut setan, bukan untuk berserah diri kepada Allah," ujarnya.

Joko berkata, setiap filmnya selalu melalui riset mendalam dan berkonsultasi dengan pandangan orang yang lebih paham tentang agama.

Terkait permintaan pejabat MUI yang tak ingin film Kiblat tayang, Joko mengatakan,"MUI berhak menyuarakan segala sesuatu di masyarakat yang berkaitan dengan agama."

Namun demikian, dalam hal film lebih baik jika MUI menonton terlebih dahulu isinya sehingga bisa memberikan masukan berdasarkan isi film tersebut.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: