Peneliti dan Sejarawan Kembali Menguak Babak Baru Dalang Peristiwa 1965

Oleh: Tarmizi Hamdi
Selasa, 25 Juni 2024 | 16:30 WIB
Ilustrasi Peristiwa pemberontakan 1965. (Foto/Freepik)
Ilustrasi Peristiwa pemberontakan 1965. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Peristiwa pemberontakan dan pembantaian pada 1965–1966 menjadi salah satu sejarah terkelam di Indonesia.

Para sejarawan dan cendekiawan kembali menguak babak baru sejarah Indonesia tentang peristiwa berdarah tersebut. Mereka berusaha mengkaji pemahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu. 

Selain itu, menggali dinamika sejarah transisi rezim di Indonesia dan aktor-aktor yang terlibat yang mungkin jarang dibahas oleh media internasional. Mereka juga mengungkap peran propaganda barat dalam memutarbalikkan narasi sekitar 1965.

Pembahasan sejarah ini diinisiatori Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diikuti oleh sejarawan dari University of Wisconsin Pusat Riset Politik (PRP), Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) melalui diskusi pada Kamis (20/6) di Kantor BRIN Kawasan Sains Sarwono Prawirohardjo, Gatot Subroto, Jakarta.

Christopher sebagai pembicara dari University of Wisconsin, Madison, memaparkan negara-negara mana saja yang paling berpengaruh dalam peristiwa 1965. 

Mulai dari propaganda atau manipulasi berita internasional yang terjadi saat itu, tokoh-tokoh yang terlibat, beserta dokumen-dokumen bukti penting yang menandai peristiwa tersebut.

Sementara itu, Rizka F. Prabaningtas, peneliti PRP BRIN, mengungkapkan paparan Christopher telah memberi perspektif baru mengenai gagasan kekuatan barat yang mengerahkan pengaruhnya terhadap politik Indonesia pada peristiwa 1965. 

Rizka melanjutkan tragedi 1965 tersebut biasanya dihubungkan dengan Amerika Serikat. 

“Namun, kini, kami mendapat gagasan, ternyata bukan negara itu saja satu-satunya yang berpengaruh,” ungkapnya dalam diskusi bertema “Suara dari Sumur: Manipulasi Media Internasional di Hari-Hari Terakhir Orde Lama Indonesia.

Sementara itu, peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN, Asvi Warman Adam, menjelaskan mengenai manipulasi sejarah seputar 1965. 

Mulai dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan penting terkait, tokoh-tokoh yang terlibat, dan peristiwa yang membuktikan adanya manipulasi sejarah yang terjadi pada masa itu.

Rizka lalu mengulas kembali poin penting dalam paparan Asvi tersebut. Yaitu, pentingnya pengungkapan dokumen dan informasi rahasia yang sebenarnya menonjolkan keterlibatan semua, baik pihak Inggris bersama dengan Amerika Serikat dan Australia. 

Asvi juga menyoroti beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang manipulasi sejarah. Misalnya, tentang pertimbangan kehadiran beberapa aktor.

Rizka juga menuturkan dua poin terkait hasil paparan dari kedua narasumber tersebut. 

Pertama, pengungkapan informasi dan dokumen rahasia sangat penting untuk melengkapi gambaran sejarah secara utuh dan menambah nuansa cerita. 

Yang juga tak kalah penting adalah menyoroti aktor-aktor baru, baik individu maupun lembaga. 

Hal ini akan membuka peluang baru bagi sejarawan dan pakar politik untuk melakukan lebih banyak penelitian mengenai hal tersebut.

Kedua, muncul peran propaganda dan bagaimana propaganda tersebut dilakukan dengan cemerlang. 

Selain itu, jaringan media yang membentuk kembali atau menyempurnakan pemahaman tentang keterlibatan Inggris serta pengaruh Barat dalam tragedi 1965 yang menyebabkan transisi rezim di Indonesia.

Irine Hiraswari Gayatri, Peneliti PRP BRIN sekaligus Koordinator Kelompok Riset Ekonomi Politik dan Isu Strategis mengatakan pembahasan tentang peristiwa kelam ini bisa menjadi acuan untuk membantu penelitian selanjutnya. 

“Kami akan melakukan penelitian tentang masa lalu. Jadi, apa yang kami lakukan hari ini adalah membicarakan masa lalu dengan pikiran jernih dan sudut pandang yang adil. Ini untuk melihat siapa yang melakukan apa di masa lalu dan bagaimana harus menanggapinya,” ucapnya.

Menurut Irine, peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi pemerintahan berikutnya, khususnya dalam menanggapi setiap potensi ancaman terhadap keamanan dan persatuan.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: