Energi Nusantara 2045: Wujudkan Ketahanan Energi Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 19 September 2024 | 22:16 WIB
Lulusan terbaik program Doktor sepesifikasi Hukum Energi di Universitas Aberdeen Inggris, Ahmad Usmarwi Kaffah. (Foto/istimewa).
Lulusan terbaik program Doktor sepesifikasi Hukum Energi di Universitas Aberdeen Inggris, Ahmad Usmarwi Kaffah. (Foto/istimewa).

BeritaNasional.com - Meski usia Indonesia tidak lagi muda dalam angka, seyogyanya sudah harus sedini mungkin untuk mendeteksi energi andalan masa depan Indonesia. 

Lalu, seperti apa kriteria sumber energi yang kontekstual dan sesuai dengan perkembangan zaman pada saat usia emas Indonesia nanti?

Lulusan terbaik program Doktor sepesifikasi Hukum Energi di Universitas Aberdeen Inggris, Ahmad Usmarwi Kaffah mengatakan, setidaknya kriteria utama tentunya harus merupakan energi bersih yang menjadi bagian dari misi global dalam penanggulangan dampak negatif (adverse impact) dariperubahan cuaca.

“Intinya adalah less hydrocarbon atau bahkan zero hydrocarbon untuk menekan penggunaan energi fosil yang kotor. Negara-negara maju (advanced countries) bahkan sudah menetapkan target penggunaan energi alternatif selain energi fosil. Mereka, sebagian besar, sudah berhasil dalam pemenuhan target (renewable target’s fulfilment),” ujar Ahmad Usmarwi Kaffah dalam keterangannya, Kamis (19/9/2024).

Ia mencontohkan Eropa yang mewajibkan penggunaan 20 persen energi terbarukan pada tahun 2020. Negara seperti Inggris rata-rata sebagian besar daerah-daerahnya menggunakan wind power/tenaga angin untuk memanfaatkan angin sebagai pembangkit listrik. 

Kemudian, kata dia, ada juga yang menggunakan solar panel untuk menyerap panas matahari secara radiasi. Khusus teknologi solar panel sangat lazim digunakan di negara tropis seperti Indonesia dimana radiasi panas matahari dapat dengan mudah dirasakan.

“Kriteria lainnya adalah sumber energi yang sesuai dengan kondisi alam negara terkait. Jika wind power kita gunakan di Indonesia mungkin tidak seatraktif dan seandal ketika digunakan di negara badai seperti di barat. Di mana angin kencang secara numeratif mudah sekali di jumpai,” jelas Kaffah.

“Negara tropis seperti Indonesia tentunya lebih akrab dengan panas matahari. Tidaklah heran jika teknologi solar panel sering dijumpai dan digunakan. Dan juga tidaklah merugi bagi negeri menggunakannya untuk membantu proses elektrifikasi sosial,” imbuhnya.

Untuk kategori energi terbarukan panas bumi juga bisa menjadi yang terdepan dalam pengelolaan penghasil listrik di Indonesia. Beberapa daerah, sebagai contoh, seperti di kecamatan Semende Kabupaten Muara Enim sudah mengeksploitasi beberapa titik panas bumi yang dikelola oleh swasta domestik. 

“Tinggal lagi bagaimana Pemerintah pusat dan Pemda dapat terus memonitor ini. Supaya pengelolaan sumber energi tidak berdampak secara negatif pada lingkungan sekitar dan ekosistem yang ada,” paparnya.

Intinya, kata Ahmad, menggunakan istilah saya ketika menjabat Bupati Muara Enim, adalah memastikan sustainable development tanpa adanya ultimate depletion. Dengan prinsip ini secara khusus dapat membawa kepercayaan diri bagi para investor untuk energi terbarukan. 

“Kebetulan dengan prinsip tersebut, pada zaman kepemimpinan saya, dapat membawa kabupaten Muara Enim mendapat penghargaan capaian realisasi investasi tertinggi di Sumatera Selatan. Ditandai dengan penghargaan Indonesia Awards 2023 yang saya terima secara langsung secara nasionalpada tanggal 31 Agustus 2023,” harapnya.

Lebih jauh dia menuturkan bahwa dua kriteria diatas sangat penting namun sangatlah normatif danbiasa terdengar serta diperbincangkan tentang seputar energi masa kini dan masa depan Indonesia. 

Yang mungkin sangat jarang diperbincangkan adalah pertanyaan seputar tentang pemanfaatan sumber energi yang seperti apa untuk Indonesiasupaya menjadi yang terdepan dalam pengelolaannya di dunia atau, paling tidak di wilayah ASEAN.

“Adalah Metan hidrat (methane hydrates) yang dapat menjadi sumber energi masa depan yang sekaligus dapat membawa Indonesia menjadi yang terdepan dalam pengelolaannya. Karena sampai saat ini belum ada satupun negara di dunia yang secara berkelanjutan mengembangkan metan hidrat,” paparnya.

“Metan hidrat adalah sumber daya alam yang berbentuk es padat (solid ice). Ada juga yang berpendapat seperti salju. Metan hidrat ini jika dieksploitasi akan menghasilkan dua SDA penting yaitu gas dan air. Metan hidrat 85 persen mengandung air dan sisanya gas Metan. Komposisi kimiawi Metan hidrat berbentuk molekul es yang, merupakan air, membungkus molekul gas yang terletak pada posisi tengah dari keseluruhan bentuk metan hidrat,” imbuhnya.

Menurutnya, beberapa riset yang ada, sekitar kurang lebih 800 Tcf gas Metan dari Metan hidrat yang tersebar di wilayah perairan laut Indonesia. Dengan jumlah yang begitu besar sama saja Indonesia memiliki ketahanan energi untuk 800 tahun lamanya. 

Belum lagi air yang dihasilkan dari Metan hidrat tersebut dapat membantu masyarakat pesisir pantai yang sebagian besar sering kekurangan air bersih untuk hidup. Selain itu sumber air dari proses ekstraksi metan hidrat dapat digunakan untuk membantu wilayah pertanian yang kekurangan air.

Sumber gas metan dari laut lepas pantai dapat digunakan olehpembangkit listrik lepas pantai untuk kemudian dialirkan melalui kabel bawah laut (wires) dalam mengaliri listrik kedaratan. Begitupula air hidrat dapat dibawa melalui kapal besar atau dialiri melalui pipa bawah laut. Tentunya dengan mempertimbangkan biaya yang masuk akal. 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana membawa Indonesia menjadi yang terdepan.

“Jawabannya adalah Indonesia harus menjadi yang pertama dalam pemanfaatan sumber energi metan hidrat. Persoalannya adalah teknologi metan hidrat yang sampai saat ini belum ada secara komersil. Cina dan Jepang adalah dua negara yang sudah melakukan testing teknologi metan hidrat. Namun belum sempurna untuk dapat naik status menjadi komersil. Kondisi ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk turut serta berinvestasi pada riset pengembangan teknologi di negara-negara tersebut. Supaya pada saatnya akses terhadap teknologi metan hidrat dapat menjadi bagian untuk Indonesia,” kata dia.

Antisipasi masa depan jikalau negara pencipta teknologi metan hidrat tidak mau berbagi atau menjadikan teknologinya komersial dapat diakses di pasaran. Dengan investasi riset untuk membantu mereka yang sedang menyempurnakan sistem teknologi tersebut, Indonesia dapat menguasai teknologi dan cara penggunaannya dimasa depan. 

“Lebih baik lagi jika sumber daya manusia kita dapat diikutsertakan dalam proses edukasi pembuatan teknologi tersebut. Sehingga pada saatnya kita dapat berbangga diri bahwa dalam pengelolaan energi masa depan Indonesia adalah negara pertama yang mengelola metan hidrat. Dan dapat menjadi percontohan bagi negara negara lain di dunia. Walaupun boleh juga bermimpi jikalau anak negeri bisa turut berpartisipasi dalam menciptakan teknologi metan hidrat.Mungkin saat masa Indonesia emas pada 2045,” tukasnya.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: