Tutup Layanan Marketplace, Berikut Perjalanan Bukalapak dari Awal Terbentuk
BeritaNasional.com - Bukalapak, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, telah mencatatkan perjalanan yang luar biasa sejak pertama kali didirikan. Dimulai sebagai sebuah startup kecil dengan visi besar, Bukalapak berhasil meraih kesuksesan dan menjadi pemain utama dalam industri e-commerce Indonesia.
Namun, kabar terbaru Bukalapak menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace. Penghentian operasional penjualan produk fisik (seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya) di marketplace Bukalapak ini merupakan upaya transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).
"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," tulis Bukalapak di blog resminya.
Menurut Bukalapak, pengguna masih bisa membuat pesanan hingga, Kamis 9 Februari 2025 mendatang untuk produk fisik di Bukalapak.
Berikut sejarah perjalanan Bukalapak
1. Awal Mula Bukalapak: 2011 - 2012
Bukalapak didirikan pada tahun 2011 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid. Pada awalnya, Bukalapak dimulai sebagai sebuah platform untuk membantu para pedagang kecil menjual produk mereka secara online.
Konsep yang diusung adalah memberikan peluang bagi semua orang, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), untuk memasarkan produk mereka secara mudah dan efisien.
Seiring berjalannya waktu, Bukalapak semakin berkembang dan menarik perhatian investor besar, yang memberikan suntikan dana untuk mempercepat ekspansi dan inovasi platform mereka.
Bukalapak pun mulai bertransformasi dari sekadar marketplace menjadi ekosistem digital yang lebih luas, mencakup berbagai layanan dari belanja online hingga fintech.
2. Perkembangan Pesat: 2013 - 2017
Pada periode ini, Bukalapak berkembang pesat, baik dalam hal jumlah pengguna maupun variasi produk yang ditawarkan. Bukalapak memperkenalkan berbagai fitur baru, seperti sistem pembayaran yang lebih mudah, layanan pengiriman barang, hingga sistem ulasan dan rating produk yang memberi lebih banyak kenyamanan bagi pengguna.
Selain itu, Bukalapak juga melakukan ekspansi ke berbagai kota di Indonesia dan mulai memperkenalkan konsep Bukalapak sebagai solusi bagi para pedagang yang ingin berjualan secara online. Keberhasilan ini membuat Bukalapak menjadi pesaing berat bagi Tokopedia, yang pada waktu itu juga berkembang pesat di pasar e-commerce Indonesia.
Pada tahun 2017, Bukalapak mengumumkan bahwa mereka telah berhasil meraih pendanaan dari investor global, termasuk dari Microsoft dan Emtek Group. Pendanaan ini memungkinkan Bukalapak untuk terus meningkatkan layanan dan memperkuat infrastrukturnya.
3. Masuk ke Pasar Global: 2018 - 2020
Memasuki tahun 2018 hingga 2020, Bukalapak semakin menunjukkan ambisinya untuk memperluas pasar dan mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. Salah satu momen penting terjadi pada tahun 2020, ketika Bukalapak melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini menjadi tonggak sejarah besar bagi perusahaan, mengingat IPO Bukalapak mencatatkan jumlah nilai penawaran yang sangat besar.
Pada saat itu, Bukalapak dikabarkan memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif dan lebih dari 6 juta mitra UKM yang bergabung dengan platform mereka. Bukalapak juga meluncurkan beberapa inisiatif baru, seperti BukaModal (platform pendanaan bagi UKM) dan BukaLapakPay (dompet digital untuk mempermudah transaksi).
4. Tantangan dan Penurunan: 2021 - 2023
Setelah IPO, Bukalapak menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga pertumbuhannya. Persaingan yang semakin ketat dengan Tokopedia, Shopee, dan Lazada mengharuskan Bukalapak untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat.
Namun, pada tahun 2023, kabar mengejutkan datang bahwa Bukalapak mengalami kesulitan finansial yang signifikan. Faktor-faktor seperti kenaikan biaya operasional, ketatnya persaingan, dan penurunan daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil, membuat Bukalapak harus mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk bertahan.
Sumber-sumber internal mengungkapkan bahwa Bukalapak sedang mempertimbangkan untuk mengurangi operasi bisnis mereka dan fokus pada segmen-segmen tertentu yang lebih menguntungkan.
Beberapa analis bahkan menyatakan bahwa Bukalapak berpotensi untuk tutup atau bergabung dengan platform lain yang lebih kuat untuk mempertahankan eksistensinya di pasar e-commerce Indonesia.
Red/Novita Dwiyanti
7 bulan yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu