Sabtu, 29 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Laporan: Rilis Spektrum Jadi Langkah Kritis Indonesia Dalam Meningkatkan 5G

Oleh: Imantoko Kurniadi
Rabu, 26 Maret 2025 | 14:46 WIB
Ilustrasi teknologi 5G. (Foto/Freepik)
Ilustrasi teknologi 5G. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com -  Berdasarkan riset terbaru dari konsultan global Kearney, teknologi 5G kini memasuki "Era Dampak" di mana operator telekomunikasi mulai dapat merasakan manfaat komersial dari investasi yang telah dilakukan.

Laporan 2025 5G Success Index menunjukkan bahwa meskipun penetrasi 5G terus meningkat, ada ketidakpastian besar terkait cara terbaik untuk memonetisasi teknologi ini secara efektif.

Menurut laporan tersebut, lebih dari 30% populasi di 10 negara kini menggunakan 5G, dengan Uni Emirat Arab dan Malaysia memimpin dengan penetrasi lebih dari 50%.

Angka ini jauh melampaui pencapaian 4G yang hanya mencapai 30% penetrasi di enam negara setelah lima tahun peluncurannya. Meskipun demikian, tantangan besar masih ada dalam hal komersialisasi dan monetisasi 5G, dengan lebih dari 50% negara dalam Indeks mengalami penurunan skor keberhasilan 5G pada tahun 2024.

Tantangan Monetisasi Teknologi 5G

Saat ini, banyak operator di seluruh dunia berinvestasi pada peluncuran API sebagai salah satu cara untuk menghasilkan pendapatan baru. Dari 115 operator yang terdaftar dalam Indeks Kearney, 71 di antaranya telah memiliki situs API publik.

Namun, hanya 15 operator yang menawarkan API konektivitas lanjutan, sementara 46 lainnya hanya menyediakan API konektivitas dasar.

Selain itu, Indonesia, sebagai salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tantangan serius terkait infrastruktur dan ketersediaan spektrum yang terbatas.

Hal ini menghambat kemampuan Indonesia untuk memperluas jaringan 5G dan mencapai adopsi yang lebih luas. Carlos Oliver Mosquera, Partner di Kearney Singapura dan Kepala Kearney Technology Center of Excellence, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk melampaui pasar lain dalam hal ketersediaan spektrum jika regulator dapat merilis spektrum frekuensi yang lebih relevan untuk 5G, seperti 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz.

Perbandingan Kinerja Negara dalam Adopsi 5G

Laporan Kearney menunjukkan bahwa meskipun penetrasi 5G meningkat, proses komersialisasi di beberapa negara masih melambat. Negara-negara dengan performa terbaik dalam adopsi 5G meliputi:

  • Amerika Serikat (skor Indeks 8,3) tetap menduduki posisi pertama dengan ketersediaan dan penetrasi 5G yang tinggi serta penawaran komersial yang ambisius, termasuk API canggih.
  • Australia (skor 7,4) tetap mempertahankan penetrasi tinggi meskipun ada penurunan dalam laju komersialisasi, dengan fokus pada jaringan privat.
  • Spanyol (skor 7,3) menunjukkan penetrasi 5G yang solid dan komersialisasi yang sukses melalui kemitraan strategis dan investasi dalam API jaringan.
  • Singapura (skor 7,3) mencatatkan adopsi 5G yang pesat berkat investasi dalam infrastruktur kota pintar dan layanan digital.
  • Finlandia (skor 7,1) menunjukkan penetrasi yang baik dengan ekosistem digital yang matang dan cakupan 5G yang luas.

Pasar 5G di Asia Tenggara: Tantangan dan Peluang

Di Asia Tenggara, adopsi 5G menunjukkan tren yang beragam. Beberapa negara telah menunjukkan perkembangan signifikan, sementara yang lain masih berjuang untuk memaksimalkan potensi teknologi ini:

  • Indonesia: Penetrasi 5G di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 2% sejak peluncuran pada 2021. Keterbatasan jaringan dan spektrum yang terbatas menjadi faktor penghambat. Meskipun demikian, potensi pasar Indonesia sangat besar, dengan harga perangkat yang semakin terjangkau dan konsumsi data yang terus berkembang.
  • Malaysia: Negara ini telah mencapai lebih dari 80% cakupan 5G hanya dalam waktu tiga tahun, berkat upaya jaringan grosir tunggal. Malaysia tengah mengupayakan perluasan jaringan kedua untuk meningkatkan adopsi dan menciptakan persaingan sehat di pasar.
  • Thailand: Dengan peluncuran tiga kelas spektrum dan investasi dalam API jaringan, Thailand terus berinovasi dalam penerapan 5G, menjadikannya sebagai salah satu negara yang menarik perhatian dalam hal inovasi.

Peluang bagi Indonesia dalam Adopsi 5G

Menurut Varun Arora, Managing Partner Kearney untuk Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi besar untuk melampaui pasar lainnya dalam hal adopsi pelanggan.

Dengan harga perangkat yang lebih terjangkau dan konsumsi data yang lebih rendah dibandingkan pasar lain, Indonesia bisa melihat peningkatan konsumsi data per pelanggan secara signifikan pada tahun 2030. Diperkirakan konsumsi data per pelanggan bisa meningkat dari 13 GB per pelanggan saat ini menjadi 42 GB per pelanggan pada 2030.

Jika Indonesia dapat memperbaiki infrastruktur dan mendapatkan akses ke spektrum yang berkualitas, total biaya kepemilikan (TCO) dari jaringan 5G bisa menjadi lebih efisien dibandingkan dengan jaringan 4G, memberikan peluang lebih besar untuk operator untuk meraih keuntungan yang lebih baik dari investasi mereka.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: