Reformasi PBB Jadi Prioritas Diplomasi Pemerintah

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Minggu, 13 April 2025 | 21:45 WIB
Presiden Prabowo Subianto dan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres di Rio de Janeiro, Brasil (BeritaNasional/Istimewa))
Presiden Prabowo Subianto dan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres di Rio de Janeiro, Brasil (BeritaNasional/Istimewa))

BeritaNasional.com -  Pemerintah disebut memiliki diplomasi prioritas di bawah Menlu RI Sugiono hingga 2029. Reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta lembaga multilateral menjadi prioritas diplomasi tersebut. 

Dalam diskusi Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global oleh The Yudhoyono Institute di Jakarta, Minggu (13/4/2025) Wakil Menteri Luar Negerwt Arrmanatha Nasir menyampaikan hal ini menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan.

“Upaya Indonesia mendorong reformasi PBB dan lembaga multilateral lainnya akan menjadi prioritas lima tahun ke depan,” ujanrya. 

Melansir Antara, truktur institusi multilateral yang ada saat ini seperti PBB dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) masih mencerminkan situasi pasca-Perang Dunia II, sehingga belum terlalu mewakili aspirasi dan kepentingan Negara-Negara Selatan (Global South) yang semakin maju.

“Kenyataannya, tata kelola global saat ini tidak mencerminkan keseimbangan, kekuatan, maupun realitas dunia. PBB misalnya, sudah tidak lagi fit for purpose (sesuai tujuannya),” ucap Arrmanatha.

Indonesia senantiasa mendorong gerakan reformasi multilateral karena meyakini bahwa sistem multilateral yang efektif harus dibuat lebih inklusif, demokratis, representatif, serta adil.

“Dalam dunia yang semakin multipolar, organisasi internasional harus mampu membawa dunia kepada keseimbangan" 

Terlebih upaya diplomasi Indonesia terancam melemah jika tidak diiringi dengan perubahan tata kelola di tingkat global, ucap Wamenlu.

Arrmanatha juga memandang pengesahan Pakta Masa Depan (Pact of the Future) pada Majelis Umum ke-79 PBB tahun 2024 sebagai langkah awal melakukan proses reformasi menyeluruh terhadap sistem multilateral.

Sesuai dengan komitmen nasional terhadap reformasi multilateral, Presiden RI Prabowo Subianto sebelumnya mengusulkan salah satu butir reformasi PBB dalam bentuk penambahan jumlah anggota tetap Dewan Keamanan. (Antara)sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: