Hamas Tolak Mentah-mentah Tawaran Gencatan Senjata Israel Terbaru

Oleh: Tarmizi Hamdi
Jumat, 18 April 2025 | 20:03 WIB
Ilustrasi korban akibat serangan Israel di Gaza, Palestina. (Foto/UNRWA)
Ilustrasi korban akibat serangan Israel di Gaza, Palestina. (Foto/UNRWA)

BeritaNasional.com - Kelompok Hamas menolak mentah-mentah tawaran gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh Israel. 

Israel menyatakan kesiapan segera melakukan negosiasi demi mencapai kesepakatan yang akan membebaskan seluruh sandera yang tersisa dengan imbalan diakhirinya perang dan pembebasan tahanan Palestina.

Namun, dalam pernyataan melalui video yang dilansir dari BBC News, Kepala Negosiator Hamas Khalil al-Hayya dengan tegas menyatakan tidak menerima kesepakatan parsial yang melayani agenda politik. 

"Kami tidak akan menerima kesepakatan parsial yang melayani agenda politik (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu," paparnya yang dikutip dari BBC News pada Jumat.

Saat ini, dilaporkan bahwa 59 sandera masih ditahan dengan perkiraan 24 di antaranya masih hidup. 

Tawaran terakhir dari Israel mencakup gencatan senjata selama 45 hari dengan imbalan pembebasan 10 sandera.

Menanggapi situasi ini, Menteri Keuangan Israel dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyerukan agar "gerbang neraka" dibuka terhadap Hamas.

Sebelumnya, para pejabat Hamas telah mengindikasikan pada awal pekan ini bahwa mereka cenderung menolak rencana gencatan senjata parsial tersebut.

"Netanyahu dan pemerintahannya menggunakan perjanjian parsial sebagai kedok agenda politik mereka, yang didasarkan pada kelanjutan perang pemusnahan dan kelaparan, bahkan jika harganya adalah mengorbankan semua tahanannya sandera," kata Hayya.

Ia menambahkan bahwa kelompoknya siap untuk segera menegosiasikan kesepakatan untuk menukar semua sandera dengan sejumlah warga Palestina yang disepakati yang dipenjara oleh Israel serta mengakhiri konflik yang berkepanjangan ini.

Hamas sebelumnya telah menyatakan akan mempertimbangkan kesepakatan menyeluruh yang bertujuan untuk mengakhiri perang secara permanen. 

Namun, hingga saat ini, kedua belah pihak belum mencapai titik temu atau kesepakatan konkret yang dapat mewujudkan tujuan tersebut.

Tujuan utama Israel dalam konflik ini adalah untuk melucuti senjata dan menghancurkan Hamas secara menyeluruh. 

Sementara itu, laporan dari Gaza menyebutkan bahwa puluhan warga sipil terus menjadi korban jiwa akibat serangan udara yang intens, di tengah minimnya bantuan kemanusiaan yang dapat masuk ke wilayah tersebut.

Rangkaian serangan terbaru Israel dilaporkan telah menyebabkan sedikitnya 37 korban jiwa, yang sebagian besar merupakan warga sipil terlantar yang tinggal di kamp-kamp tenda, menurut keterangan dari badan pertahanan sipil Hamas di Gaza.

Para saksi mata di al-Mawasi menggambarkan bagaimana puluhan warga Palestina, termasuk anak-anak, tewas setelah tenda-tenda mereka terbakar menyusul ledakan "kuat".

"Saya bergegas keluar dan melihat tenda di sebelah tenda saya dilalap api," ungkap seorang pria kepada program Gaza Lifeline milik BBC, menggambarkan kengerian yang terjadi.

Pihak militer Israel belum memberikan komentar langsung terkait insiden ini, namun menyatakan bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan atas laporan serangan tersebut.

Sebelumnya, militer Israel telah memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi dari berbagai wilayah Gaza menuju al-Mawasi, yang seharusnya menjadi zona aman.

Militer Israel juga melaporkan bahwa serangan selama dua hari terakhir telah "menyerang lebih dari 100 target teror" termasuk "sel teroris, struktur militer, dan lokasi infrastruktur".

Israel bersikeras bahwa tidak ada kekurangan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza dan mempertahankan blokade yang diberlakukan sejak 1 Maret sebagai upaya untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera yang tersisa.

Namun, pimpinan dari 12 kelompok bantuan kemanusiaan utama mengeluarkan pernyataan yang mengkhawatirkan, menyebutkan bahwa sistem bantuan kemanusiaan di Gaza "menghadapi kehancuran total".

Konflik ini bermula pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas melancarkan serangan lintas perbatasan terhadap komunitas Israel, yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan 251 orang disandera, menurut perhitungan pihak Israel.

Kampanye militer Israel yang sedang berlangsung terhadap Hamas di Gaza telah menyebabkan sedikitnya 51.065 korban jiwa, menurut data dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: