Setahun Kepemimpinan Prabowo, Diplomasi Jadi Kunci Hubungan Internasional RI

BeritaNasional.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Philips J. Vermonte, mengatakan Presiden Prabowo Subianto telah meletakkan fondasi diplomasi Indonesia yang semakin kokoh.
Menurut Philips, pendekatan personal yang dijalin Presiden dengan para pemimpin dunia telah membuka jalan bagi kerja sama strategis yang menguntungkan kepentingan nasional.
Philips menjelaskan bahwa Prabowo berhasil membawa Indonesia ke dalam lingkaran pergaulan para pemimpin dunia sehingga memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara lain.
“Presiden Prabowo Subianto, menjelang satu tahun pemerintahannya, sudah meletakkan dasar-dasar diplomasi untuk Indonesia dengan membawa Indonesia ke dalam level pergaulan pemimpin dunia yang tentu saja akan memudahkan,” kata Philips di Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/2025).
Philips berujar, relasi personal antar kepala negara dapat menjadi jembatan penting dalam diplomasi. Kedekatan tersebut memungkinkan para pemimpin untuk langsung berkomunikasi dan merespons cepat berbagai isu penting.
“Karena kadang-kadang hubungan luar negeri antar negara itu bisa dipermudah kalau ada hubungan personal antar leaders," ujar Philips.
"Kalau leaders-nya saling percaya, mereka sangat dekat, bisa angkat telepon, bisa berkomunikasi kapan saja karena sering bertemu, sudah bertemu. Itu sangat memudahkan proses-proses negosiasi karena sudah punya hubungan personal yang baik,” tambah dia.
Philips mencontohkan hubungan Presiden Prabowo dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memperlihatkan bentuk konkret diplomasi personal, seperti kunjungannya ke Indonesia dan undangan ke perayaan Bastille Day.
"Itu bentuk-bentuk hubungan personal dalam diplomasi. Diplomasi itu kan elemen yang penting dari politik luar negeri karena dia menjalankan,” ucap Philips.
Selain dengan Prancis, Prabowo juga menjalin kerja sama erat dengan Turki, Rusia, dan negara-negara Timur Tengah.
Dalam kerja sama dengan Turki, misalnya, terdapat transfer teknologi di sektor pertahanan, sementara dari Rusia, Indonesia belajar precision farming untuk memperkuat program ketahanan pangan nasional.
“Atau dengan Erdogan, ada transfer teknologi terkait dengan pertahanan, dengan Rusia. Rusia itu negara yang unik juga karena sekarang salah satu yang mungkin paling maju agrikultural sektornya," tandasnya.
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu