Serangan Udara Israel Picu Ketegangan Baru di Perbatasan Lebanon

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 19 September 2025 | 11:50 WIB
Ilustrasi bendera Lebanon (BeritaNasional/Pixabay)
Ilustrasi bendera Lebanon (BeritaNasional/Pixabay)

BeritaNasional.com -  Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah selatan Lebanon pada 18 September 2025. Aksi ini menyasar fasilitas kelengkapan senjata milik kelompok bersenjata Hezbollah yang didukung Iran, meski sebelumnya warga telah diperingatkan untuk segera mengungsi dari area sasaran.

Serangan ini menjadi sorotan karena terjadi di tengah tekanan internasional bagi Lebanon untuk melucuti senjata Hezbollah sebelum akhir 2025, sekaligus memicu kecaman tajam dari pejabat Lebanon terkait pelanggaran gencatan senjata.

Serangan dan Respons Langsung

Melalui juru bicara militernya, Israel menegaskan bahwa serangan dilakukan sebagai balasan atas upaya Hezbollah membangun kembali jaringan militernya di perbatasan selatan Lebanon.

Beberapa wilayah yang menjadi sasaran, seperti Mais al-Jabal, Kfar Tibnit, dan Debbin, dilaporkan mengalami kerusakan parah dengan kepulan asap tebal terlihat dari kejauhan.

Pihak militer Israel bahkan sempat mengeluarkan peta evakuasi dan menginstruksikan warga untuk menjauh minimal 500 meter dari lokasi yang menjadi target.

Kecaman dari Pejabat Lebanon

Pejabat tinggi Lebanon bereaksi keras, menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran nyata atas kesepakatan gencatan senjata yang tercapai pada November 2024.

Perdana Menteri Nawaf Salam mempertanyakan komitmen Israel, sekaligus meminta dunia internasional khususnya negara-negara mediator gencatan senjata untuk menekan Israel agar segera menghentikan agresinya dan mematuhi Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB. Presiden Joseph Aoun pun menuding diamnya negara-negara sponsor gencatan senjata sebagai "pendorong terjadinya pelanggaran lebih lanjut".

Pemerintah Lebanon sendiri baru saja mengesahkan rencana pelucutan senjata Hezbollah dengan target akhir 2025, meski mendapat penolakan keras dari Menteri asal faksi Hezbollah. Militer Lebanon mengingatkan bahwa serangan Israel berpotensi menghambat pengerahan pasukan ke selatan Sungai Litani dan memperumit pelaksanaan rencana pelucutan senjata.

Di sisi lain, faksi Hezbollah melihat serangan ini justru memperkuat tekad mereka untuk bertahan dan mempertanyakan efektivitas jaminan internasional dalam menahan agresi Israel.

Meski gencatan senjata telah berlaku sejak November 2024, serangan udara Israel ke Lebanon dilaporkan rutin terjadi nyaris setiap hari, dengan dalih mencegah kelompok Hezbollah membangun kekuatannya kembali di perbatasan.

Gelombang serangan terbaru ini berlangsung di tengah persiapan peringatan satu tahun meninggalnya mantan Sekjen Hezbollah, Hassan Nasrallah, pada akhir September. Sementara itu, ribuan pelanggaran terhadap gencatan senjata tercatat oleh militer Lebanon sejak akhir konflik tahun lalu.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: