Hizbullah Tuduh Amerika Serikat Pemicu Agresi Israel di Lebanon

Oleh: Tim Redaksi
Sabtu, 01 November 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi tentara Israel. (Foto/www.idf.il)
Ilustrasi tentara Israel. (Foto/www.idf.il)

BeritaNasional.com - Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas setelah Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, pada Jumat (31/10/2025) waktu setempat melontarkan tuduhan keras terhadap Amerika Serikat (AS). Qassem menuduh AS secara aktif mengobarkan agresi Israel di wilayah Lebanon.

Dalam sebuah acara di pinggiran selatan Beirut, Qassem menyebut Washington menampilkan diri sebagai mediator perdamaian, tetapi pada saat yang sama berupaya merongrong kedaulatan Lebanon.

"Amerika tidak memberikan apa pun kepada Lebanon dan membenarkan pelanggaran," kata Qassem yang dikutip dari Xinhua News pada Sabtu (1/11/2025).

Komitmen Melawan Israel dan Persatuan Nasional

Qassem menegaskan kembali komitmen teguh Hizbullah untuk melawan Israel dan mempertahankan setiap jengkal kedaulatan Lebanon.

"Setiap tanah di Lebanon adalah Lebanon. Tidak ada tanah yang dimiliki oleh satu sekte di atas sekte lain. Tanah ini milik kita semua," tegasnya.

Ia juga memberikan apresiasi tinggi terhadap perintah Presiden Joseph Aoun kepada militer untuk menghadapi serangan Israel. Qassem menyebut langkah tersebut sebagai "sikap bertanggung jawab" yang layak mendapatkan dukungan penuh secara nasional.

Lebih lanjut, ia mendesak pemerintah Lebanon untuk memperkuat militer agar mampu melawan Israel dengan lebih baik, menegaskan bahwa perlawanan adalah "tugas nasional, bukan partisan."

Peringatan Keras kepada Faksi Politik Lebanon

Menyikapi faksi-faksi politik di dalam Lebanon, Qassem memberikan peringatan keras terhadap risiko perpecahan internal yang dapat "melayani kepentingan Israel."

"Kami meminta mitra kami untuk tidak menusuk kami dari belakang atau melayani kepentingan Israel," ujarnya, menekankan pentingnya solidaritas di tengah ancaman eksternal.

Isu Perlucutan Senjata yang Kontroversial

Isu status bersenjata Hizbullah masih menjadi salah satu masalah politik paling memecah belah di Lebanon.

Pemerintah Lebanon pada September lalu telah menyetujui rencana untuk melucuti senjata semua aktor non-negara pada akhir tahun 2025 – sebuah langkah yang didukung oleh Washington dan Israel.

Namun, rencana ini ditolak mentah-mentah oleh Hizbullah, yang berpendapat bahwa perlucutan senjata hanya akan melayani kepentingan Israel.

Figur senior kelompok tersebut, termasuk Qassem, berulang kali menolak seruan perlucutan senjata, dengan alasan hal itu tidak realistis dan merupakan ancaman serius bagi keamanan nasional Lebanon.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: