Co-Parenting Berbagi Tanggung Jawab Mengasuh Anak Korban Perceraian
BeritaNasional.com - Perceraian merupakan putusan perpisahan hubungan suami istri yang menyakitkan bahkan bisa menimbulkan luka mendalam bagi kedua belah pihak. Tidak hanya bagi pasangan yang berpisah, keluarga khususnya anak merupakan pihak yang paling tersakiti bahkan menjadi korban dari putusan tersebut. Jika kondisi itu tidak terelakan maka pengasuhan terhadap anak harus tetap menjadi hal utama bagi keduanya orangtua.
Nah, salah satu cara pengasuhan yang bisa ibu dan ayah lakukan pasca perceraian adalah co-parenting. Hal ini dapat membuat anak tetap menerima perhatian dari orang tuanya secara bergantian.
Apa Itu Co-Parenting?
Co-parenting adalah orang tua yang berbagi tanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka setelah berpisah.
Anak-anak mungkin mengalami gejolak emosi ketika orang tuanya bercerai atau berpisah. Nah, parenting bersama ini bisa membantu meminimalkan efek perceraian tersebut pada anak.
Cara menerapkan co-parenting pada tiap keluarga bisa berbeda, tetapi sebagian besar harus melibatkan kedua orang tua.
Mereka harus bekerja sama untuk menentukan kesejahteraan anak, pengaturan hidupnya, pendidikan, dan kegiatan.
Selain itu, kedua orang tua juga harus sering berinteraksi dan menghormati satu sama lain. Ketika menjalani gaya parenting ini, ayah dan ibu perlu mengesampingkan perasaan pribadinya agar mampu memberikan kebutuhan anak secara fisik dan emosional.
Co-parenting yang efektif bermanfaat untuk membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan anak-anak. itu juga bisa membantu mengurangi konflik antara orang tua yang berdampak negatif pada anak-anak mereka, dan memberikan stabilitas pada anak.
Selain co-parenting, ayah dan ibu juga bisa Mengenal Parallel Parenting, Pola Asuh Anak bagi Orangtua Bercerai.
Prinsip Utama Parenting
Salah satu prinsip yang paling utama dari gaya parenting ini adalah mendahulukan kebutuhan emosional dan fisik anak daripada perasaan pribadi.
Co-parenting adalah prinsip yang membutuhkan fleksibilitas, kesabaran, komunikasi yang terbuka dan konsisten, serta kemauan dari kedua orang tua untuk bernegosiasi dan berkompromi.
Keduanya juga perlu paham jika cara parenting ini adalah sesuatu yang menantang, sebab tempat yang kedua orang tua akan berbeda. Bahkan, jarak antar rumah dapat mempersulit cara pengasuhan ini.
Kunci sebenarnya agar co-parenting dapat berjalan dengan lancar adalah komunikasi. Orang tua harus melakukan segala cara agar bisa mendengarkan satu sama lain, terutama saat membicarakan tentang anaknya. Pastikan untuk berbicara tanpa menyudutkan salah satu pihak.
Cobalah untuk membuat aturan dan rutinitas untuk anak dan orang tua patuhi. Hal ini dapat memberikan banyak manfaat dan membantu dalam memberikan kestabilan fisik dan emosional bagi anak untuk berkembang.
Tips Agar Parenting pada Orang Tua Bercerai Tetap Berhasil
1. Terapkan parenting berfokus dan berpusat pada anak
Menurut terapis keluarga berlisensi Jodie Commiato, LMFT, hal pertama yang perlu kamu ingat saat melakukan parenting bersama adalah selalu pikirkan kepentingan anak dan usahakan yang terbaik untuk mereka.
Terlepas dari seberapa besar rasa suka atau tidak suka kamu dengan mantan pasangan, kamu berdua harus sejalan dalam hal mengasuh anak. Hal itu termasuk memutuskan hal-hal baik, seperti perayaan, pesta, liburan, atau hal-hal yang lebih menantang, seperti perilaku, konsekuensi, dan lain-lain.
2. Utamakan komunikasi langsung
Komunikasi yang bebas konflik, teratur, dan konsisten dengan mantan pasangan adalah komponen kunci keberhasilan parenting bersama. Ingatkan diri kamu sendiri bahwa kesejahteraan anak adalah yang terpenting. Hal ini membantu kamu tetap fokus dan terencana dalam komunikasi kamu dengan mantan.
Jangan mengirim pesan kepada mantan pasangan melalui anak-anak. Berkomunikasilah secara langsung dengan mantan pasangan dan hindari meminta bantuan anak untuk berkomunikasi.
Biarkan diri move on dari masa lalu sehingga kamu bisa memiliki komunikasi yang baik untuk kebutuhan anak-anak.
Anak-anak tidak perlu terlibat dalam percakapan orang dewasa.
Saat berkomunikasi, pertahankan fakta dan kebutuhan.
3. Kontrol emosi
Ciri khas parenting bersama yang berhasil adalah ketika orang tua sudah berhasil mengesampingkan perasaan dan emosi mereka untuk fokus pada perkembangan, kesejahteraan, dan perawatan anak mereka.
Untuk mencapai hal ini, orang tua harus berkomitmen bersama untuk berperilaku baik satu sama lain, terutama di hadapan anak-anak. Anak-anak tidak akan bisa memahami bila kamu memperlakukan orang tua mereka yang lain yang juga mereka sayangi, dengan cara yang negatif atau tidak sopan.
Karena itu, berikut langkah-langkah yang bisa kamu ambil untuk mengendalikan emosi:
Jangan membawa perasaan. Saat berkomunikasi dengan orang tua lain, perlakukan komunikasi tersebut secara profesional.
Ingatlah bahwa anak-anak dapat merasakan energi. Jika kamu dan mantan pasangan tidak saling berbicara, dingin satu sama lain, marah, emosi tersebut dirasakan dan berdampak negatif pada anak.
Bangun kerja sama. Meskipun kamu dan mantan pasangan sudah tidak lagi tinggal serumah, kamu berdua masih bisa berfungsi dengan baik sebagai satu kesatuan. Lakukan yang terbaik untuk orang tua sebagai sebuah tim.
Jangan pernah berbicara negatif tentang rekan orang tua di hadapan anak-anak.
4. Kelola ekspektasi
Mengelola ekspektasi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi ini bahkan lebih penting ketika mengasuh anak bersama. Sebab, hal itu membantu menghilangkan kemungkinan konflik yang tidak perlu.
Berikut tips praktis ini untuk membantu mengelola ekspektasi dalam parenting bersama:
Dorong anak-anak untuk memiliki hubungan yang sehat dengan orang tua lainnya.
Pastikan ekspektasi kamu jelas dan terbuka terkait pengasuhan bersama.
Berusahalah dengan apa yang kamu bisa kendalikan dan pahami apa yang berada di luar kendali kamu.
Ingatlah bahwa anak akan belajar ketangguhan dengan memperhatikan cara kamu dan mantan pasangan kamu mengatur emosi dan meminimalkan konflik.
5. Tetapkan aturan dan taati
Parenting bersama yang lancar dan sukses membutuhkan pengaturan dan perencanaan, termasuk menetapkan jadwal dan penyelarasan aturan, konsekuensi, dan disiplin.
Mungkin kamu dan mantan pasangan memiliki aturan masing-masing di rumah. Namun, jika kamu dan rekan orang tua membuat aturan dan pedoman terpadu, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dan berkembang di dua rumah tangga serta transisi di antara kamu dan rekan orang tua.
Terapis keluarga Chautè Thompson dari LMHC, merekomendasikan untuk membiarkan anak-anak melakukan dekompresi ketika mereka kembali dari rumah rekan orang tua lainnya. Caranya dengan memberi mereka waktu untuk menyesuaikan diri dengan aturan dan ekspektasi rumah kamu.
Demikian pula, ia menekankan pentingnya menghormati aturan rumah orang tua masing-masing, agar tidak saling menjatuhkan.
6. Memiliki jadwal yang konsisten
Ayah dan ibu juga perlu menetapkan jadwal rutinitas anak, seperti kapan mereka makan, mengerjakan tugas, hingga pembatasan waktu layar yang sama.
Dengan begini, anak tidak kebingungan dan merasa nyaman di kedua rumah. Thompson juga menambahkan bahwa sehat bagi anak untuk mengetahui jadwal kapan mereka akan bersama setiap orang tua untuk mengurangi stres.
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 19 jam yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 18 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 4 jam yang lalu







