Dampak Positif Kebijakan Prabowo, Indonesia Berperan Penting Turunkan Harga Beras Global
BeritaNasional.com - Indonesia kini bukan lagi sekadar pasar, melainkan pemain kunci yang memiliki peran signifikan dalam memengaruhi pergerakan harga beras dunia.
Strategi peningkatan produksi dan stabilisasi harga yang konsisten di dalam negeri disebut menjadi kunci utamanya.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kontribusi besar ini berasal dari kerja keras petani Indonesia.
Amran menyampaikan hal tersebut saat Rapat Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, pada Selasa (4/11/2025).
Ia mengungkapkan bahwa kebijakan strategis yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto telah membawa dampak positif hingga ke pasar internasional.
"Yang menarik adalah Indonesia berkontribusi menurunkan pangan dunia. Jadi Indonesia, petani Indonesia berkontribusi menurunkan harga beras dari sekitar 650 dolar AS per ton, turun menjadi 371 sekarang," katanya yang dikutip dari Antaranews pada Rabu (5/11/2025).
Menurut Amran, lonjakan produksi dalam negeri yang mampu menopang konsumsi masyarakat dan mempertebal Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga 3,8 juta ton adalah faktor utamanya.
Pencapaian ini merupakan implikasi dari keputusan pemerintah menghentikan importasi beras untuk tahun 2025.
"Itu karena Indonesia sebelumnya adalah importir besar. Tiba-tiba Alhamdulillah berkat gagasan besar Bapak Presiden Prabowo, kita menghentikan impor," tambahnya.
Data internasional menunjukkan dampak nyata kebijakan ini. Harga rata-rata beras dari empat negara eksportir utama (Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar) yang pada Januari 2024 berada di rentang USD622 hingga USD655 per metrik ton, mulai menurun tajam.
Setelah momen pengumuman stop impor pada Desember 2024, harga turun menjadi $455 hingga USD514 per metrik ton. Bahkan, data FAO (FARPI) menunjukkan indeks harga beras global semakin rendah, mencapai 100,9 poin pada September 2025.
Berdasarkan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional diprediksi mencapai level tertinggi.
"Dan berita menarik lainnya, terima kasih Ibu Kepala BPS. Pengumuman BPS kemarin, diprediksi bahwa produksi beras kita di tahun 2025 mencapai 34,77 juta ton. Ini kenaikan tertinggi, stok kita tertinggi. Ini berkat kerja keras kita semua," kata Amran.
Angka proyeksi produksi 34,77 juta ton tersebut menunjukkan surplus sebesar 4,15 juta ton dibandingkan produksi tahun 2024 (30,62 juta ton).
Proyeksi ini jauh melampaui kebutuhan konsumsi beras nasional di tahun 2025 yang diperkirakan sebesar 30,97 juta ton, sehingga menghasilkan surplus 3,8 juta ton antara produksi dan konsumsi.
Di samping itu, peningkatan produksi juga berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Data BPS menunjukkan indeks harga padi terus meningkat dari 136,78 pada Januari 2025 menjadi 146,24 di Oktober 2025.
Untuk memastikan harga di tingkat petani tetap baik dan stabil di pasar, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Harga Beras. Satgas yang melibatkan Polri, Kemendag, Bapanas, Bulog, dan Pemda ini fokus pada pengawasan di lapangan.
"Tim kami turunkan di 51 kabupaten, terutama tadi beras medium di Papua, memang agak berat, karena beras harus naik pesawat. Tapi yang terpenting sekarang adalah kita swasembada beras, berkat hasil kerja keras kita semua," imbuhnya.
Satgas ini, yang dibentuk pada 20 Oktober 2025, telah melakukan pengawasan intensif di lebih dari 5.648 titik, mencakup produsen hingga pengecer di seluruh Indonesia, per 1 November 2025.
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 20 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 19 jam yang lalu
EKBIS | 20 jam yang lalu







