Meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi Tak akan Ganggu Arah Kebijakan Iran

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 21 Mei 2024 | 23:00 WIB
Iran sedang berduka (Foto/Pixabay)
Iran sedang berduka (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/5/2024) telah membalikkan spekulasi yang berkembang mengenai siapa yang pada akhirnya akan menggantikan pemimpin tertinggi berusia 85 tahun, Ayatollah Ali Khamenei.

Nasib tragis Presiden  Iran diperkirakan tidak akan mengganggu arah kebijakan Iran atau mengguncang Republik Islam dengan konsekuensi apa pun.

Namun hal ini akan menguji sistem di mana kelompok garis keras konservatif kini mendominasi semua lini kekuasaan, baik yang dipilih maupun tidak.

"Sistem ini akan menunjukkan kematiannya secara besar-besaran dan tetap berpegang pada prosedur konstitusional untuk menunjukkan fungsinya, sementara sistem ini mencari rekrutan baru yang dapat mempertahankan persatuan konservatif dan kesetiaan kepada Khamenei,” kata Dr Sanam Vakil, Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Lembaga Pemikir Chatham House.

Bagi kelompok konservatif yang berkuasa di Iran, pemakaman kenegaraan akan menjadi sebuah peristiwa yang penuh dengan emosi; ini juga akan menjadi peluang untuk mulai mengirimkan sinyal kesinambungan. Mereka tahu bahwa mata dunia tertuju pada mereka.

"Selama 40 tahun, dalam narasi Barat, Iran seharusnya runtuh dan hancur," ujar Profesor Mohammed Marandi dari Universitas Tehran kepada BBC.

Tapi entah bagaimana, secara ajaib, Iran masih ada dan saya memperkirakan itu akan tetap ada di tahun-tahun mendatang," katanya.

Dikutip dari BBC, Selasa (21/5/2024), posisi penting lainnya yang harus diisi adalah kursi kosong Raisi di Majelis Ahli, yaitu badan yang diberi wewenang untuk memilih pemimpin tertinggi baru, ketika transisi yang jauh lebih penting terjadi.

"Raisi adalah calon penerus karena, seperti Khamenei sendiri ketika dia menjadi pemimpin tertinggi, dia masih relatif muda, sangat setia, seorang ideolog yang berkomitmen pada sistem yang memiliki pengakuan nama,” kata Dr Vakil tentang proses seleksi yang tidak jelas ini, di mana sejumlah Beberapa nama terlihat ikut mencalonkan diri, termasuk putra Pemimpin Tertinggi Mojtaba Khamenei.

Bahkan sebelum kematian Raisi dikonfirmasi secara resmi, Ayatollah menyampaikan dalam unggahannya di X, rakyat Iran tidak perlu khawatir, tidak ada gangguan dalam urusan negara.

Tantangan politik yang lebih mendesak adalah menyelenggarakan pemilihan presiden lebih dini.

Kekuasaan Iran saat ini telah dialihkan ke Wakil Presiden Mohammad Mokhber. Sementara presiden baru harus digelar dalam waktu 50 hari ke depan.

Imbauan kepada para pemilih ini muncul hanya beberapa bulan setelah pemilu parlemen pada bulan Maret silam, yang menunjukkan rekor jumlah pemilih yang rendah.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: