Pakar Jelaskan Penyebab Puluhan Ekor Paus Terdampar di Alor NTT

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Kamis, 26 September 2024 | 05:31 WIB
Ilustrasi paus terdampar (Foto/Fun 107)
Ilustrasi paus terdampar (Foto/Fun 107)

BeritaNasional.com - Pakar Cetacea dari James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika yang akrab disapa Icha mengatakan, ada fenomena terdamparnya puluhan paus pemandu sirip pendek (short-finned pilot whale) di pesisir Pureman, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu yang lalu.

Icha mengatakan, paus merupakan mamalia laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, seperti penggunaan sonar di bawah laut, pencemaran air, kontaminasi sampah laut, hingga badai matahari yang bisa menyebabkan gangguan elektromagnetik pada kutub-kutub bumi. Apalagi paus memakai sonar untuk sistem navigasinya.

"Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus. Makin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut," kata Icha dikutip dari Antara.

Icha memaparkan berbagai kasus terdamparnya paus di dunia. Paus terdampar di antaranya disebabkan oleh sampah lautan, yang umumnya berbentuk plastik keras.

Plastik yang tertelan, kata dia, bisa merusak organ dalam paus. Akibatnya paus tidak bisa makan. Hal ini menyebabkan paus kelaparan, kemudian mati dan terdampar.

"Bayangkan, ada paus berukuran 10 meter yang mati, dan ditemukan di dalamnya sebanyak 8 kilogram plastik," ungkapnya.

Peristiwa ini sangat menyedihkan. Apalagi paus merupakan satwa yang harus dilestarikan keberadaannya.

Menurut Icha, kejadian ini perlu mendapatkan perhatian serius karena paus merupakan spesies yang dilindungi. Oleh karena itu, ia mendorong adanya koordinasi antarpemangku kepentingan terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dalam penanganan kasus paus terdampar, termasuk di antaranya dalam upaya pencegahan.

Dia meminta masyarakat untuk tidak mengganggu/menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini dalam kondisi lemah dan perlu penanganan yang tepat.

Selain itu juga jangan membuang sampah di laut, apalagi sampah plastik sangat berbahaya jika tertelan paus-paus yang lapar.


 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: