Tingkat Pengangguran di China Capai Rekor Tertinggi

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Kamis, 26 September 2024 | 05:00 WIB
Ilustrasi pengangguran (Foto/Pixabay)
Ilustrasi pengangguran (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Tingkat pengangguran pemuda China kini mencapai rekor tertinggi sebesar 21,3% dibandingkan dengan tahun lalu. Ekonomi China diprediksi tidak lagi tumbuh dua digit per tahunnya, seperti yang terjadi pada awal tahun 2000-an. 

Namun, China masih diproyeksikan tumbuh 5% tahun ini, sebuah angka yang hanya bisa diimpikan sebagian besar negara Barat.

Jadi, mengapa Cina tidak bisa menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk sekitar 12 juta lulusan perguruan tinggi?

Penyebab utama di masa sebelumnya adalah masalah struktural, Covid-19, lambannya pemulihan pasca-pandemi, dan ketegangan perdagangan dengan Barat. 

Namun, yang sama melumpuhkannya bagi pertumbuhan ekonomi, serta prospek pekerjaan banyak anak muda, adalah kebijakan keras Presiden Xi Jinping menentang sektor teknologi, real estat, dan pendidikan swasta pada tahun 2020/2021.

Perusahaan teknologi raksasa dari China yang nyaris memonopoli pasar jadi sasaran reformasi Xi Jinping. Mereka rugi lebih dari satu triliun dolar dalam nilai pasar. 

Sektor properti kolaps beserta itu lenyap pula dana yang sebagian besar berasal dari tabungan seumur hidup puluhan juta orang.

Sektor edukasi di Cina yang berkembang pesat, terutama di sektor pendidikan swasta dengan 75 juta mahasiswanya, juga diobrak-abrik. PHK massal menjadi konsekuensi yang tak terelakkan, dan banyak dari mereka yang terdampak adalah pekerja muda.

Masalah lainnya adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan. Kaum muda terus menghindari pekerjaan kerah biru untuk bersaing mendapatkan posisi kerah putih bergaji tinggi.

Dikutip dari DW, kaum muda akan menjadi mayoritas tenaga kerja kerah biru karena kebugaran dan ketangkasan mereka. Namun, media China mengutip sebuah studi tahun 2023 oleh Capital University of Economics and Business di Beijing menemukan, sekitar setengah dari 400 juta pekerja manual di negara itu berusia di atas 40 tahun.

"Keterampilan kejuruan sering kali sangat diminati, tetapi jalur dan pekerjaan ini dianggap kurang diminati oleh pekerja muda," ujar Nicole Goldin, peneliti senior nonresiden, di lembaga pemikir Atlantic Council yang berbasis di Washington, Amerika Serikat.

Akibat para petinggi politik di Beijing mengarahkan visi mereka kepada dominasi teknologi global, sektor ekonomi juga terus diarahkan pada penciptaan nilai yang lebih tingi. Investasi besar dalam kecerdasan buatan (AI), produksi chip, dan energi hijau diharapkan berkontribusi mengurangi ketergantungan Cina pada Barat. Sayangnya, semua sektor ini tidak terlalu butuh banyak pekerja baru.

"Fokus negara adalah pada sektor-sektor yang sedang berkembang seperti AI dan kendaraan listrik, yang kecil dan tidak padat karya, yang menawarkan penciptaan lapangan kerja yang terbatas," kata Li dari Global Counsel. 

"Hal ini menghambat inovasi dan terobosan teknologi. Ironisnya, ini justru ingin diandalkan Beijing untuk mendorong pertumbuhan di masa depan," tambahnya.

Li mengatakan, ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan Barat, juga membuat industri ekspor di Cina tertekan karena harus mengganti pesanan bernilai tinggi dari Barat, dengan pesanan bernilai rendah dari Global Selatan, yang pada akhirnya berdampak pada lapangan kerja. sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: