Survei: Keamanan Siber Jadi Kekhawatiran Utama Konsumen Global

Oleh: Imantoko Kurniadi
Rabu, 29 Januari 2025 | 14:07 WIB
Ilustrasi hacker. (Foto/Freepik)
Ilustrasi hacker. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com -  Acronis, pemimpin global dalam bidang keamanan siber dan perlindungan data, telah merilis temuan dari laporan pertamanya, Data Privacy in 2025: A Survey to Explore Consumer Views on Cyber Protection.

Laporan ini dirilis bertepatan dengan Hari Privasi Data pada 28 Januari, memberikan wawasan mendalam tentang pandangan dan perilaku konsumen global terkait dengan keamanan siber dan perlindungan data pribadi.

Salah satu temuan penting adalah bahwa 64% responden mengidentifikasi kebocoran data sebagai kekhawatiran terbesar mereka, menyoroti perlunya memperkuat pertahanan siber pribadi.

Survei Acronis Data Privacy 2025

1. Kekhawatiran Akan Kebocoran Data Mendominasi: Meskipun kesadaran telah meningkat, 25% responden mengaku pernah mengalami pencurian atau kehilangan data, dan 12% tidak yakin apakah data mereka telah dibocorkan, menunjukkan bahwa banyak serangan siber yang bersifat tersembunyi.

2. Praktik Pencadangan yang Solid: Dua pertiga (66%) responden melakukan pencadangan data secara rutin, sementara 9% tidak melakukan pencadangan sama sekali. Menariknya, 4% tidak tahu apa itu pencadangan data.

3. Perlindungan Kata Sandi yang Lemah: Meskipun lebih dari dua pertiga (68%) responden menggunakan kata sandi yang kuat dan unik, hanya 46% yang menggunakan autentikasi dua faktor (2FA), yang merupakan salah satu pertahanan utama terhadap kebocoran data.

4. Adopsi Keamanan Mobile yang Tertinggal: Meskipun 43% responden menggunakan aplikasi keamanan mobile, 35% di antaranya tidak mengenal alat ini, meskipun smartphone kini menjadi perangkat penting dalam kehidupan digital.

5. Perbedaan Sikap dan Tindakan: Meskipun lebih dari 60% responden menganggap keamanan data sebagai hal yang "sangat penting," hanya 40% yang secara rutin memperbarui kata sandi mereka, dan hampir 70% masih menggunakan Wi-Fi publik untuk kegiatan sensitif.

6. Frustrasi Konsumen: Hampir 30% responden merasa alat keamanan terlalu rumit untuk digunakan, dan 25% menganggap biaya tinggi sebagai hambatan untuk mengadopsi alat tersebut.

7. Perbedaan Generasi: Konsumen muda (di bawah usia 35 tahun) melaporkan lebih banyak insiden kebocoran data dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua (55-64 tahun), yang mungkin mencerminkan kebiasaan digital yang lebih berisiko.

8. Pendidikan Siber yang Meningkat: Secara positif, pendidikan keamanan siber berbasis video semakin populer, dengan 44% responden mengandalkan video online untuk mempelajari praktik terbaik dalam menjaga keamanan data.

“At Acronis, kami telah melihat bagaimana praktik perusahaan dan perilaku individu mempengaruhi lanskap privasi data dan perlindungan siber,” ujar Gaidar Magdanurov, Presiden Acronis, dikutip dalam keteranganya, Rabu (29/1/2024).

“Meskipun banyak orang memiliki kekhawatiran yang sah terkait bagaimana organisasi menangani data mereka, survei ini menunjukkan bahwa individu juga memainkan peran penting dalam melindungi diri mereka sendiri.”

Laporan ini menjadi pengingat global tentang pentingnya melindungi informasi pribadi. Wawasan yang ditemukan dalam survei ini mengungkap bagaimana konsumen memandang risiko digital dan menunjukkan area yang membutuhkan pendidikan lebih lanjut atau alat yang lebih mudah diakses untuk memperkuat kebiasaan keamanan siber.

Survei Acronis Data Privacy in 2025 melibatkan 2.480 konsumen dari berbagai kalangan usia 18–64 tahun di seluruh dunia.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: