Jumat, 21 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Pemerintah Diminta Waspada, Tekanan Ekonomi pada Februari Belum Berakhir

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 20 Maret 2025 | 13:03 WIB
Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati. (BeritaNasional/istimewa)
Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati. (BeritaNasional/istimewa)

BeritaNasional.com -   Kondisi APBN sampai dengan akhir Februari 2025 disebut masih mengalami tekanan yang kuat. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari imbas kondisi ekonomi yang terjadi pada Januari. Pernyataan ini disampaikan anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/3/2025).

"Beberapa terkena imbas terutama terkait Coretax, efisiensi juga memberikan dampak terhadap kelanjutan penurunan penerimaan negara pada bulan Februari 2025,” katanya di Jakarta

Ia memaparkan berdasarkan data dari Kementerian Keuangan realisasi penerimaan negara sampai pada bulan Februari 2025 masih mengalami penurunan. Penerimaan perpajakan mencatatkan angka Rp240,4 triliun, 9,7% dari target atau turun sebesar 24,99% (yoy).

Penerimaan pajak Rp187,8 triliun, 8,6% dari target atau turun 30,19% (yoy). Sedangkan penerimaan kepabeanan dan cukai Rp52,6 triliun, 17,5% dari target atau meningkat 2,13 (yoy).

Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) telah terkumpul senilai Rp76,4 triliun,14,9% dari target atau turun 4,15% (yoy).

Dalam realisasi belanja APBN sampai dengan Februari 2025, tercatat sebesar Rp348,1 triliun, 9,6% dari total pagu anggaran belanja tahun ini atau turun sebesar 7,0% (yoy). Belanja pemerintah pusat mencapai Rp211,5 triliun, 7,8% dari target atau turun sebesar 11,74%, terdiri dari Belanja Kementerian/Lembaga Rp83,6 triliun (7,2% dari target) dan Belanja Non-K/L mencapai Rp127,9 triliun (8,3% dari target). Sedangkan Transfer ke Daerah mencatatkan realisasi cukup tinggi senilai Rp136,6 triliun atau 14,9 dari target.

Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan ini mengatakan kondisi tersebut menyebabkan defisit sampai Februari 2025 mencapai Rp31,2 triliun, 0,13 dari PDB.

“Posisinya berbalik jika dibandingkan dengan Februari 2024 ketika APBN mengalami surplus Rp26,04 triliun atau 0,11% terhadap PDB. Kondisi ini merupakan kelanjutan dari defisit pada bulan Januari 2025. Jadi sudah dua bulan berturut-turut APBN 2025 mengalami defisit,” katanya.

Hal ini mengungkapkan angka defisit ini kemudian menyebabkan pembiayaan anggaran pada Februari 2025 tercatat senilai Rp220,1 triliun atau meningkat sebesar 19,4% dari realisasi pembiayaan anggaran Februari 2024 senilai Rp184,30 triliun. Keseimbangan primer APBN Januari 2025 tercatat senilai Rp10,61 triliun, jumlahnya turun 83,7% (yoy) dari posisi keseimbangan primer Januari 2024 senilai Rp65,25 triliun.

“Sedangkan keseimbangan primer pada Februari 2025 dalam posisi surplus Rp48,1 triliun, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan posisi Februari 2024 sebesar 49,37% atau sebesar Rp95,02 triliun,” ujarnya.

Menurutnya kinerja APBN sampai dengan Februari 2025 masih mengalami tekanan sebagai kelanjutan bulan Januari 2025. Tekanan terhadap APBN di awal tahun harus tetap diwaspadai.

“Oleh sebab itu, eksekutif perlu lebih waspada dan hati-hati dalam merumuskan kebijakan yang memberikan dampak terhadap kondisi perekonomian,” ungkapnya.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: