DPRD DKI Ungkap 2 Masalah Utama di RSUD: Kekurangan SDM dan Ego Sektoral

Oleh: Lydia Fransisca
Rabu, 28 Mei 2025 | 21:19 WIB
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth (BeritaNasional/Lydia)
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth (BeritaNasional/Lydia)

BeritaNasional.com -  Komisi C DPRD DKI menggelar rapat kerja bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan para Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta, Rabu (28/5/2025).

Dalam kesempatan itu, anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth menyoroti dua persoalan utama yang ditemukannya saat sidang ke salah RSUD, yakni RSUD Cengkareng.

Dua persoalan itu adalah soal kekurangan sumber daya manusia (SDM) hingga adanya ego sektoral di internal RSUD. Menurut Kenneth, kurangnya SDM akan berpengaruh kepada layanan sehingga tak maksimal melayani masyarakat.

"Jadi kalau memang kurang orang, itu akan berdampak terhadap pelayanan. Terus, komunikasinya juga jelek. Jadi kita lihat calon-calon pasien menumpuk tapi tidak ada komunikasi," kata Kenneth kepada wartawan di Gedung DPRD DKI Jakarta. 

Akibat kurangnya komunikasi dan SDM, Kenneth menemukan banyak masyarakat yang merasa ditelantarkan oleh rumah sakit.

"Contoh, masyarakat ditaruh di ruang transit untuk menunggu kamar atau menunggu ruang IGD. Yang kita lihat ada yang di lorong itu kan ada kursi roda. Dari pihak rumah sakit tidak menjelaskan ini ruang apa," ujarnya. 

"Makanya kadang-kadang suka ada komplain, masyarakat merasa ditelantarkan. Nah inilah benang-benang merah yang harus diluruskan, yang harus dipahami oleh manajemen rumah sakit," lanjutnya.

Kemudian, persoalan kedua yakni ego sektoral. Maksudnya, jelas Kenneth, terdapat PNS yang cemburu karena teman seangkatannya naik jabatan lebih dahulu dibanding dirinya.

"Dirut-dirut ini kan PNS. Kadang-kadang mungkin faktor keberuntungan yang bersangkutan diangkat jadi direktur. Yang bersangkutan beruntung diangkat jadi direktur. Kawan seangkatannya itu belum naik. Mungkin masih menjabat jadi kepala bidang atau apalah," jelasnya.

"Jadi jabatannya di bawah dia. Muncullah kecemburuan-kecemburuan seperti itu. Karena hal seperti ini muncul, ya di internal manajemen mereka ini kan jadi gak kompak. Makanya tadi saya tekankan, sudah, masalah jabatan itu kan memang kepercayaan. Masyarakat jangan jadi korban lah dengan segala macam drama-drama seperti ini," sambungnya.

Tak hanya soal iri hati, ada juga persoalan bawahan yang tak manut dengan atasan baru karena rotasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.

"Ini kan sering rotasi nih, perputaran namanya tour of duty kan wajar ya. Kadang di rumah sakit A, di-switch ke rumah sakit B. Ini sama-sama anak buahnya kan yang di-ini-kan, mungkin ada kebijakan-kebijakan dan segala macam. Nah ini, kadang-kadang ada masalah di situ gitu loh," tandasnya. sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: