4 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Berangkat Salat Idul Adha

Oleh: Tarmizi Hamdi
Jumat, 06 Juni 2025 | 05:00 WIB
Ilustrasi salat. (Foto/Freepik)
Ilustrasi salat. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Salat Idul Adha adalah salah satu momen suci yang paling dinanti umat Islam setiap tahun. Lebih dari sekadar ibadah fisik, perjalanan menuju lapangan salat Idul Adha juga merupakan perjalanan spiritual yang mencerminkan adab mulia seorang Muslim.

Rasulullah SAW telah memberikan teladan melalui sunah-sunahnya, mengajarkan umatnya untuk mempersiapkan diri dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Berikut adalah adab-adab yang dianjurkan saat menuju lapangan salat Idul Adha, beserta dalil-dalil yang mendasarinya:

1. Berhias dengan Pakaian Terbaik dan Wangi-wangian

Menyambut hari raya Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk berpenampilan rapi dan berhias. Baik laki-laki maupun perempuan disunahkan mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki—tidak harus mahal, tetapi bersih, rapi, dan mencerminkan kekhidmatan hari raya. Penggunaan wangi-wangian secara wajar juga disarankan untuk menambah kesan suci dan meriah.

Dalil yang mendukung adab ini diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya, yang menyatakan:

“Nabi SAW selalu memakai burda (kain wol bercorak buatan Yaman) pada setiap hari raya.” (HR. Asy-Syafi’i dalam Musnad asy-Syafi’i).

Selain itu, hadis lain dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya menegaskan:

“Rasulullah SAW memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang ada, memakai wangi-wangian terbaik yang ada…” (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak, IV: 256).

Adab ini mengajarkan bahwa keindahan lahiriah adalah cerminan kegembiraan batin serta rasa syukur atas nikmat Allah dan penghormatan terhadap keagungan ibadah Idul Adha.

2. Tidak Makan Sejak Fajar hingga Selesai Salat Idul Adha

Berbeda dengan Idulfitri, pada hari Idul Adha umat Islam dianjurkan untuk tidak makan sejak fajar hingga selesai melaksanakan salat. Hikmah dari adab ini adalah untuk mempersiapkan diri menikmati daging kurban segera setelah salat, sebagai wujud syukur atas nikmat kurban yang telah Allah karuniakan.

Hal ini berdasarkan hadis dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya:

“Rasulullah SAW pada hari Idulfitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai salat.” (HR. At-Tirmizi).

Makna di balik adab ini mendalam: jika pada Idulfitri makan sebelum salat menegaskan berakhirnya masa puasa, pada Idul Adha menahan makan hingga selesai salat mencerminkan antisipasi untuk menikmati daging kurban, yang merupakan inti dari perayaan ini.

3. Berangkat dengan Berjalan Kaki dan Pulang Melalui Jalan Lain

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berangkat menuju salat Idul Adha dengan berjalan kaki, jika memungkinkan, dan pulang melalui jalan yang berbeda dari jalan saat berangkat. Adab ini mencerminkan anjuran untuk memperbanyak interaksi dengan sesama Muslim serta menyebarkan kebaikan di hari raya.

Dalilnya diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’, dari ayahnya, dari kakeknya:

“Nabi SAW mendatangi salat Id dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi.” (HR. Ibnu Majah).

Berjalan kaki menunjukkan kesederhanaan dan kesempatan untuk bertemu serta menyapa sesama Muslim. Sementara itu, memilih jalan berbeda saat pulang dapat melambangkan pembaruan semangat dan niat setelah melaksanakan ibadah.

4. Salat Idul Adha Dihadiri oleh Semua Umat Islam

Idul Adha adalah hari besar yang menyatukan umat Islam dalam kebersamaan dan kegembiraan. Oleh karena itu, salat Idul Adha dianjurkan dihadiri oleh seluruh umat Islam, termasuk laki-laki, perempuan, anak-anak, hingga perempuan yang sedang haid.

Dalilnya berasal dari Ummu Athiyah al-Anshariyah:

“Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum Muslimin.” (HR. Ahmad).

Adab ini menegaskan bahwa Idul Adha adalah momen inklusif yang mengajak seluruh umat Islam untuk turut merasakan keberkahan, mempererat ukhuwah, dan mendengarkan pesan-pesan kebaikan dari khutbah. Kehadiran semua golongan menunjukkan semangat persatuan dan kebersamaan dalam menyambut hari raya.

Adab-adab menuju lapangan salat Idul Adha ini adalah cerminan dari keimanan, syukur, dan keikhlasan seorang Muslim. Dengan berhias rapi dan wangi, menahan diri dari makan hingga selesai salat, berjalan kaki dengan penuh kerendahan hati, dan mengajak seluruh umat untuk turut hadir, kita menghidupkan sunah Rasulullah SAW sekaligus memperkuat ikatan spiritual dan sosial.

Semoga setiap langkah menuju lapangan salat Idul Adha menjadi wujud pengabdian kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: