Mengenal Fimosis: Penyebab, Gejala, hingga Pengobatannya

BeritaNasional.com - Fimosis adalah kondisi kulit luar penis (kulup) tidak bisa ditarik ke belakang sehingga kepala penis tidak terbuka sepenuhnya. Ini adalah kondisi yang cukup umum, terutama pada anak-anak.
Pada akhir usia satu tahun, hanya sekitar 50% anak laki-laki yang bisa menarik kulupnya hingga kepala penis terlihat. Angka ini meningkat menjadi 89% pada usia tiga tahun.
Sementara itu, pada usia 6-7 tahun, kejadian fimosis turun menjadi 8%, dan pada laki-laki usia 16-18 tahun, hanya sekitar 1% saja. Untuk laki-laki yang tidak disunat, angka kejadian fimosis berkisar antara 8% hingga 23%.
Apa Penyebab Fimosis?
Fimosis biasanya disebabkan oleh jaringan kaku di ujung kulit kulup penis. Ini membuat diameter ujung kulup lebih kecil daripada kepala penis itu sendiri. Kondisi ini pada umumnya merupakan bawaan lahir.
Tanda dan Gejala Fimosis
Selain sulit atau tidak bisa menarik kulup, ada beberapa tanda dan gejala lain yang bisa Anda perhatikan pada anak dengan fimosis:
Sulit buang air kecil: Air seni kadang hanya menetes, memancar ke arah yang tidak terduga, atau anak harus mengejan saat buang air kecil.
Tanda infeksi: Jika terjadi infeksi, anak bisa sering menangis atau mengeluh sakit saat buang air kecil, dan mungkin disertai demam.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika fimosis tidak ditangani, beberapa komplikasi bisa muncul, antara lain:
Infeksi saluran kemih (ISK) berulang.
Parafimosis: Ini adalah kondisi di mana kulup penis tertarik ke belakang tetapi tidak bisa kembali ke posisi semula, menyebabkan pembengkakan dan nyeri.
Infeksi berulang pada penis (balanoposthitis), yang sering terjadi pada 4-11% laki-laki yang tidak disunat.
Bagaimana Fimosis Didiagnosis?
Diagnosis fimosis biasanya dilakukan ketika kulup tidak dapat ditarik sepenuhnya atau hanya sebagian, atau membentuk cincin yang mencekik saat ditarik ke belakang kepala penis. Ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara lebar kulup dan diameter kepala penis.
Selain itu, mungkin ditemukan perlengketan antara permukaan dalam kulup dengan jaringan di kepala penis.
Pilihan Terapi untuk Fimosis
Penanganan fimosis pada anak-anak bergantung pada pilihan orang tua, yaitu antara terapi konservatif atau sirkumsisi (sunat).
Sirkumsisi (Sunat): Jika fimosis sudah menyebabkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih berulang atau kulit penis membesar saat buang air kecil, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memandang usia pasien. Sunat juga seringkali dilakukan atas alasan sosial, religi, atau kepercayaan tertentu.
Tujuan utama sirkumsisi adalah membuka kulit penis sehingga kepala penis lebih mudah dibersihkan. Namun, operasi ini memiliki kontraindikasi jika sedang ada infeksi atau peradangan akut, serta pada kelainan bawaan lahir penis tertentu.
Terapi Konservatif: Sebagai pilihan, dokter dapat meresepkan salep kortikoid yang dioleskan selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi bisa dipertimbangkan untuk anak usia sekitar tiga tahun.
EKBIS | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu