Gejala Kelebihan Dopamin, Apa Saja?

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 24 Juni 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi senang akibat kelebihan dopamin (Foto/Freepik)
Ilustrasi senang akibat kelebihan dopamin (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Dopamin merupakan salah satu neurotransmiter penting dalam sistem saraf yang berfungsi menyampaikan informasi kimiawi antarsel saraf. Zat ini berperan besar dalam mengatur rasa senang, motivasi, konsentrasi, daya ingat, kemampuan menyelesaikan masalah, serta kontrol terhadap rasa nyeri. 

Tak hanya itu, dopamin juga mempengaruhi berbagai fungsi fisik seperti detak jantung, aliran darah, fungsi ginjal, produksi hormon, pola tidur, keseimbangan tubuh, dan respons terhadap mual dan muntah.

Namun, kelebihan dopamin dalam tubuh bukan berarti sesuatu yang baik. Dalam jumlah yang berlebihan, dopamin justru dapat menimbulkan sejumlah gangguan fisik dan psikis yang serius. 

Dokter Nadia Nurotul Fuadah dari Alodokter menjelaskan bahwa kelebihan dopamin dapat menyebabkan efek euforia berlebihan, perilaku agresif, peningkatan hasrat seksual yang tidak terkendali, bahkan gejala-gejala psikotik yang bisa mengarah pada gangguan jiwa seperti skizofrenia.

Gejala kelebihan dopamine,

Mudah gelisah
Terlalu bersemangat atau merasa sangat senang secara berlebihan
Peningkatan libido secara tidak wajar
Insomnia atau kesulitan tidur
Lebih mudah stres dan tidak stabil secara emosional
Dalam beberapa kasus, kelebihan dopamin juga dikaitkan dengan munculnya perilaku kompulsif, seperti kecanduan terhadap suatu hal, misalnya narkoba atau pornografi.

Apa penyebab kelebihan dopamine?

Peningkatan kadar dopamin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari genetika hingga gaya hidup. Salah satu pemicu utama adalah penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk obat stimulan, alkohol, nikotin, dan narkotika. 

Obat-obatan tersebut merangsang produksi dopamin dalam jumlah besar dan menciptakan rasa senang yang intens. Jika dikonsumsi terus-menerus, tubuh menjadi terbiasa dengan kadar dopamin tinggi dan membutuhkan lebih banyak zat untuk merasakan efek yang sama.

Hal ini kemudian memicu siklus ketergantungan yang sulit dihentikan. Ketika seseorang mencoba berhenti, muncul gejala fisik dan emosional yang menyulitkan, seperti kecemasan, depresi, hingga perubahan perilaku. Bahkan, jika telah lama berhenti, paparan dalam jumlah kecil pun dapat memicu kekambuhan.

Kelebihan dopamin dalam jangka panjang dapat memicu gangguan kejiwaan. Individu yang mengalami gangguan ini berpotensi menunjukkan gejala psikotik, termasuk delusi dan halusinasi, yang merupakan gejala umum pada penderita skizofrenia. 

Selain itu, penderita dapat mengalami gangguan pola pikir, kehilangan kendali diri, dan penurunan kemampuan dalam membedakan realitas.

Untuk mengatasi kondisi ini, dokter biasanya meresepkan obat penghambat dopamin guna mengendalikan kadar zat kimia tersebut dalam tubuh. Obat-obatan ini bekerja dengan memperlambat penyebaran dopamin dan membantu menstabilkan kondisi emosional serta perilaku pasien.

Sumber: Antara
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: