Kekurangan SDM Medis, Autopsi Pendaki Asal Brasil Dipindah ke Bali

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 26 Juni 2025 | 11:34 WIB
Evakuasi pendaki asal Brasil bernama Juliana Marins alias JDSP. (Foto/Basarnas)
Evakuasi pendaki asal Brasil bernama Juliana Marins alias JDSP. (Foto/Basarnas)

BeritaNasional.com - Jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal setelah terjatuh di jalur pendakian Gunung Rinjani, dipastikan tidak akan diautopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemeriksaan forensik jenazah rencananya akan dilakukan di Bali.

"Autopsi direncanakan dilaksanakan di Bali," ujar Wakil Gubernur NTB, Indah Dhamayanti Putri, dalam konferensi pers di RS Bhayangkara, seperti dikutip Antara, Kamis (26/6/2025).

Keputusan ini diambil lantaran satu-satunya dokter forensik di NTB sedang berada di luar daerah.

"Dokter autopsi lagi di luar daerah, cuma satu di NTB. Jadi, kami cari opsi terdekat di Bali, dan Kapolda NTB sudah berkoordinasi dengan Kapolda Bali," lanjut Indah.

Pihak rumah sakit kini tengah mengurus proses administrasi agar jenazah bisa segera diberangkatkan ke Bali menggunakan ambulans dari Mataram.

"Setelah administrasi selesai, maka akan diberangkatkan dengan ambulans dari RS Bhayangkara Mataram," jelasnya.

Indah juga memastikan bahwa seluruh biaya penanganan jenazah selama berada di NTB sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi NTB telah menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Kedutaan Besar Brasil, terkait penanganan insiden ini.

"Jadi, kedukaan ini bukan hanya milik keluarga, tetapi juga milik masyarakat NTB, karena korban datang sebagai wisatawan di NTB, kita semua, kita sampaikan duka yang mendalam," tuturnya.

Sebelumnya, insiden tragis yang menimpa Juliana terjadi pada Sabtu (21/6/2025). Ia dilaporkan terjatuh di salah satu sisi lereng Gunung Rinjani dan dinyatakan hilang.

Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian intensif hingga akhirnya menemukan jasadnya pada kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir keberadaan yang diketahui (Lost Known Position/LKP), pada Selasa (24/6/2025).

Proses evakuasi sempat direncanakan menggunakan helikopter, namun batal dilakukan karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Akhirnya, jenazah ditandu oleh tim dari pos Pelawangan hingga ke Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), dekat pintu masuk jalur pendakian.sinpo

Editor: Imant. Kurniadi
Komentar: