Komisi V Pertanyakan Basarnas Lambat Evakuasi WN Brasil di Gunung Rinjani

BeritaNasional.com - Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, menyatakan akan meminta penjelasan dari Basarnas terkait lambannya proses evakuasi warga negara Brasil, Juliana Marins, yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Banyak pihak menilai proses penyelamatan tersebut berjalan lambat.
Menurut Huda, penilaian masyarakat mengenai lambatnya evakuasi adalah hal yang wajar, apalagi korban sempat berada dalam kondisi cukup baik setelah terjatuh.
"Kami menilai respons dari netizen sangat wajar, mengingat kondisi korban yang masih relatif stabil sesaat setelah jatuh ke jurang. Andaikan evakuasi bisa dilakukan lebih cepat, peluang korban untuk selamat tentu lebih besar," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (26/6/2025).
Ia menegaskan bahwa Komisi V akan meminta keterangan resmi dari Basarnas mengenai prosedur evakuasi, serta alasan mengapa proses penyelamatan tidak bisa dilakukan secara lebih cepat.
"Kami akan meminta penjelasan dari Basarnas terkait mekanisme penyelamatan korban dan apa yang menjadi kendalanya," tambah Huda.
Lebih lanjut, Huda juga ingin mengetahui apakah kendala tersebut berkaitan dengan rantai komando, keterbatasan sumber daya manusia, peralatan pendukung, atau faktor cuaca dan kondisi medan.
Ia juga menyoroti pentingnya peran badan SAR sebagai cerminan kesigapan negara dalam melindungi rakyatnya, terutama dalam situasi darurat seperti ini.
"Di negara maju, kinerja SAR menjadi indikator keseriusan negara melindungi warganya. Untuk itu, kesiapan dari segi anggaran, personel, dan peralatan perlu diperhatikan serius," ujarnya.
Dalam konteks penyelamatan warga negara asing, menurut Huda, keberhasilan SAR juga turut mencerminkan citra Indonesia di mata dunia internasional.
"Jika berhasil, ini membawa nama baik negara. Namun jika gagal, bisa menjadi kampanye negatif terhadap reputasi kita," jelas politisi PKB tersebut.
Keterbatasan Anggaran
Huda juga menyinggung soal keterbatasan anggaran Basarnas yang dinilai cukup minim. Ia menilai perlu ada evaluasi apakah anggaran tersebut berpengaruh terhadap kualitas layanan penyelamatan.
"Anggaran Basarnas relatif kecil, hanya sekitar Rp 1,01 triliun. Kita perlu menelusuri apakah keterbatasan dana ini turut memengaruhi kualitas pencarian dan penyelamatan. Meski demikian, kami melihat Basarnas telah bekerja maksimal dalam setiap operasi mereka," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins alias JDSP (26), yang terjatuh di kawasan Gunung Rinjani, akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Rabu (25/6/2025).
Melalui akun Instagram resmi @btn_gn_rinjani, disebutkan bahwa proses evakuasi berhasil dilakukan sekitar pukul 13.51 WITA, setelah jasad JDSP diangkat ke titik anchor point dari lokasi jatuh di jurang sedalam 600 meter.
"Proses evakuasi korban jatuh di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju Puncak Gunung Rinjani, telah berlangsung secara intensif dan dituntaskan dengan penuh kehati-hatian," tulis akun tersebut.
Selanjutnya, pada pukul 15.50 WITA, jenazah korban dibawa menuju Camp Pelawangan, dan kemudian diturunkan ke Basecamp Sembalun.
"Pukul 20.40 WITA, jenazah korban tiba di Resort Sembalun dan selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Polda NTB," tulis akun itu lebih lanjut.
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 11 jam yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
EKBIS | 8 jam yang lalu