Sikap Trump Terhadap Konflik Rusia-Ukraina Berubah-ubah, Pertanda Apa?

Oleh: Tarmizi Hamdi
Jumat, 18 Juli 2025 | 03:00 WIB
Presiden Donald Trump (BeritaNasional/pixabay)
Presiden Donald Trump (BeritaNasional/pixabay)

BeritaNasional.com - Hanya sehari setelah mengumumkan kesepakatan senjata NATO dan mengancam tarif terhadap Rusia, Donald Trump pada Selasa (15/7/2025) menyatakan dirinya tidak memihak siapa pun dalam konflik Rusia-Ukraina. 

Dilansir dari Xinhua News, ia bahkan menyarankan Ukraina untuk tidak menyerang Moskow. Namun, pernyataan ini kontras dengan laporan bahwa ia pernah bertanya kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky apakah Ukraina dapat menyerang Moskow dan St. Petersburg jika dibekali senjata jarak jauh.

Menurut dua sumber yang dikutip Financial Times, dalam panggilan telepon pada 4 Juli lalu, Trump dilaporkan bertanya, "Volodymyr, bisakah kau serang Moskow? ... Bisakah kau serang St. Petersburg juga?" Zelensky disebut menjawab, "Tentu saja. Kami bisa jika kau memberi kami senjata." Trump sendiri membantah tuduhan ini.

Peristiwa ini menandai kembalinya pola yang familier dalam kebijakan luar negeri Trump. Setelah pelantikannya, ia pernah mengirim utusan ke Arab Saudi untuk berunding dengan pejabat Rusia tanpa melibatkan Ukraina. 

Ia juga secara terbuka mengecam Zelensky karena dianggap "tidak tahu berterima kasih" saat pertemuan di Gedung Putih pada Februari.

Tak hanya itu, Trump sempat membekukan bantuan militer senilai USD 1 miliar untuk Ukraina. Dia beralasan bahwa Kiev lamban dalam mencapai perdamaian. 

Namun, pada Juli, Trump mengubah arahnya. Ia melanjutkan pengiriman senjata, mengizinkan sistem Patriot, dan bahkan mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin. 

"Saya kecewa padanya, tapi saya belum selesai dengannya," kata Trump kepada BBC dalam sebuah wawancara pada Selasa.

Terkait bantuan militer, Trump menyebutkan bahwa sebagian atau seluruh 17 baterai Patriot yang dipesan oleh negara lain dapat dialihkan ke Ukraina "dengan sangat cepat." Bersama Trump, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menggambarkan perjanjian senjata tersebut sebagai "pengubah keadaan."

Namun, kejelasan pengiriman tersebut masih belum pasti. Vadym Skibitsky, wakil kepala Intelijen Pertahanan Ukraina, menyatakan kepada The Guardian bahwa klaim 17 sistem Patriot itu membingungkan. 

"Kami tidak tahu pasti... 17 itu angka yang sangat besar jika kita bicara soal baterai. Kalau kita bicara soal peluncur, maka ini mungkin saja," ujarnya.

Ini bukan kali pertama kebingungan muncul setelah janji militer AS. Awal bulan ini, berbagai laporan beragam mengenai apakah Ukraina akan menerima 10 rudal Patriot atau 10 sistem lengkap.

Pengiriman senjata tersebut menuai kritik tajam dari Moskow. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko pada hari Selasa mengatakan, "Ini merupakan indikasi lain bahwa negara-negara NATO sebenarnya tidak tertarik pada perdamaian."

Sementara itu, di Ukraina, Parlemen pada Senin (14/7) menyetujui perpanjangan status perang dan mobilisasi militer negara tersebut selama 90 hari lagi, hingga 5 November. Anggota parlemen juga menyetujui penarikan sementara dari Perjanjian Ottawa yang melarang ranjau darat anti-personel.

Di medan perang, baik Rusia maupun Ukraina baru-baru ini meningkatkan serangan pesawat nirawak. 

Pada Rabu (16/7), Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Rusia meluncurkan 400 pesawat nirawak dan satu rudal balistik, yang terutama menargetkan tiga kota di Ukraina. Awal bulan ini, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah menjatuhkan 402 pesawat nirawak Ukraina dan tujuh bom udara berpemandu dalam beberapa hari.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: