Istana Sebut Merah Putih Keniscayaan, Tak Boleh Diganti

Oleh: Panji Septo R
Senin, 04 Agustus 2025 | 11:22 WIB
Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi (Beritanasional/Panji)
Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi (Beritanasional/Panji)

BeritaNasional.com -  Istana angkat suara terkait fenomena pengibaran bendera anime One Piece bergambar tengkorak memakai topi jerami menjelang hari ulang tahun (HUT) ke-80 Indonesia.

Menurut Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, pengibaran bendera merah putih merupakan sebuah keniscayaan (wajib) dan tak boleh diganti.

"Bendera merah putih itu bukan pilihan, dia adalah keniscayaan. Bendera merah putih tidak boleh diganti dengan yang lain," ujar Hasan di Tangsel, Senin (4/8/2025).

Hasan menegaskan, pengibaran bendera merah putih adalah kewajiban seluruh elemen masyarakat terlepas orang itu suka atau tidak dengan pemerintah.

"Nih, mau suka atau tidak suka dengan pemerintah itu hak ya? Keduanya pilihan yang sah di republik ini," tuturnya.

Di sisi lain, Ketua MPR RI Ahmad Muzani menilai gerakan pengibaran bendera anime One Piece menjelang 17 Agustus 2025 adalah bentuk ekspresi kreativitas anak bangsa.

Menurut Muzani, para pengibar bendera One Piece itu tetap merah putih meski melakukan gerakan tersebut menjelang hari lahir Indonesia.

"Saya kira itu ekspresi kreativitas, ekspresi inovasi, dan pasti hatinya adalah merah putih, semangatnya merah putih," ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Minggu (3/7/2025).

Ia mengatakan, para pengibar bendera One Piece itu pastinya ikut bersyukur dengan euforia Indonesia sudah berumur 80 tahun dalam beberapa hari lagi.

"Harapannya negeri ini akan terus abadi dan bersama-sama membentuk masyarakat adil, makmur, sejahtera," tuturnya.

Muzani mengatakan, peringatan HUT ke-80 RI ini adalah momen penting bagi sejarah perjalanan bangsa Indonesia karena dimiliki seluruh elemen masyarakat.

"Karena itu ketika ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, kecintaan rakyat Indonesia kepada negeri ini amatlah bangga dan senang," kata dia. 
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: