Tren Bendera One Piece Jadi Sinyal bagi MPR RI Merangkul Generasi Z

Oleh: Ahda Bayhaqi
Kamis, 14 Agustus 2025 | 06:01 WIB
Suasana Gedung MPR/DPR RI. (BeritaNasional/Elvis).
Suasana Gedung MPR/DPR RI. (BeritaNasional/Elvis).

BeritaNasional.com - Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, fenomena pengibaran bendera Jolly Roger bergambar tengkorak dengan topi jerami khas anime dan manga One Piece marak terlihat di berbagai daerah pada Agustus ini. Bendera bajak laut tersebut banyak dikibarkan oleh anak muda sebagai simbol keresahan terhadap kondisi negara.

Aksi ini bermula dari para sopir angkutan logistik yang mengibarkan bendera tersebut sebagai bentuk protes terhadap situasi ekonomi. Tren itu kemudian menyebar luas hingga terlihat di rumah-rumah, di mana bendera Topi Jerami milik tokoh utama One Piece, Monkey D. Luffy, dikibarkan tepat di bawah bendera Merah Putih.

Pemerintah merespons fenomena ini dengan tegas. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk provokasi yang menurunkan martabat bendera Merah Putih. Ia juga mengingatkan bahwa tindakan mencederai kehormatan bendera negara memiliki konsekuensi pidana.

Budi mengacu pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 24 ayat (1) yang secara jelas melarang pengibaran Bendera Negara di bawah bendera atau lambang apapun.

"Dalam beberapa hari terakhir, kami mencermati dengan serius adanya provokasi dari sebagian kelompok untuk menurunkan marwah bendera perjuangan kita dan mengganti dengan bendera simbol-simbol fiksi tertentu. Ini tentu sangat memprihatinkan kita semua," ujar Budi pada 2 Agustus lalu.

Berbeda dengan pemerintah, Anggota Badan Pengkajian MPR RI Maman Imanulhaq menilai pengibaran bendera One Piece itu tidak perlu direspon secara berlebihan. Ia mengungkit sikap Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang santai ketika menanggapi pengibaran bendera Bintang Kejora oleh masyarakat Papua pada masa lampau.

Maman memahami, anak muda khususnya Gen Z memiliki cara tersendiri merespon kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia mengapresiasi sikap anak muda yang kritis terhadap kondisi negara.

"Bonus demografi kita itu memang memunculkan begitu banyak teman-teman dari Gen Z, yang merespons kehidupan berbangsa dan bernegara itu dengan cara mereka," kata Maman saat berbincang dengan BeritaNasional.com, Rabu (13/8/2025).

Bendera One Piece. (Foto/Freepik)

Sejumlah anggota MPR RI di Badan Kajian justru bergembira melihat respon anak muda terhadap kondisi bangsa dan negara. Sebab, anak-anak muda berpartisipasi aktif mengawasi jalannya pemerintahan.

"Artinya anak-anak muda itu ikut berpartisipasi dalam mengawasi jalannya pemerintahan," ujar Maman.

Tantangan MPR Rangkul Anak Muda

Maman menyadari, tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI untuk mensosialisasikan konstitusi dan agenda kebangsaan kepada anak muda. Wakil Ketua Dewan Syuro PKB ini menilai penting menggandeng anak muda sebagai bagian dari agenda kebangsaan.

Untuk itu, Badan Kajian MPR mengusulkan kepada Badan Sosialisasi MPR untuk merangkul anak muda. Tidak melalui cara-cara sosialisasi yang kuno, tetapi dengan bahasa yang dipahami dan dekat dengan generasi masa kini.

"Supaya kita nyambung nih, jangan sampai bahasanya terlalu ndakik-ndakik," ujar Maman.

Menurut Maman, sistem berpikir negara saat ini terlalu kolot. Seharusnya semakin tua, cara berpikir negara semakin memahami cara pikir anak muda.

"Jadi ini sistem kolot. Kita itu aneh ya. Jadi negara ini, semakin tua semakin, cara-cara berpikirnya semakin tua juga. Seharusnya kan semakin tua, semakin memahami yang muda," ucap Maman.

Anggota Badan Pengkajian MPR RI Maman Imanulhaq. (BeritaNasional/Elvis)

Karenanya, agenda MPR RI ke depan adalah melakukan sosialisasi dengan target 50 persen dari kalangan anak muda. Bisa dengan datang ke sekolah, kampus, sampai komunitas-komunitas anak muda. Agar bisa langsung mendengar aspirasi para anak muda.

"Tapi tidak dalam konteks ceramah. Jadi mereka dulu yang ngomong. Misalnya kita diskusi nih, apa sih persatuan Indonesia, lalu soal bendera misalnya kenapa sih merah putih? Apa sih filosofinya? Jadi mereka yang ngomong, kita yang sekadar menggarisbawahi dan sebagainya. Lalu kalau mereka mempertanyakan, kita jawab," ujar Maman.

Sosialisasi MPR menjangkau anak muda hari ini diakui Maman masih belum optimal, belum masif dan sistematis. Maman mengajak anggota MPR RI lainnya untuk berubah dan mengikuti zaman. Semuanya harus bisa membuka pikiran, khususnya kepada anak-anak muda yang menjadi penerus bangsa.

"Ada kesadaran dari anggota-anggota MPR untuk memberi ruang 50 persen kepada Gen Z, termasuk mengganti strategi sosialisasi dengan bahasa mereka dengan cara mereka, itu yang penting," pungkasnya.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: