Pembunuhan Charlie Kirk Jadi Sorotan, Tambah Daftar Panjang Kekerasan Politik di AS

BeritaNasional.com - Pembunuhan terhadap Charlie Kirk, sekutu dekat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, telah menjadi sorotan tajam.
Insiden tragis ini menambah panjang daftar kekerasan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut memicu kekhawatiran serius tentang perpecahan di masyarakat.
Charlie Kirk, seorang aktivis dan komentator konservatif berusia 31 tahun yang dikenal luas, ditembak mati pada Rabu (10/9/2025) saat sedang berpidato di sebuah universitas di Utah.
Sebagai pendiri organisasi Turning Point USA, Kirk merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh di kalangan pendukung gerakan "Make America Great Again (MAGA)" Trump. Ia bahkan berpidato di Konvensi Nasional Partai Republik pada 2016, 2020, dan 2024.
Menurut Christopher Galdieri, seorang profesor ilmu politik di Saint Anselm College, pembunuhan Kirk adalah yang terbaru dalam serangkaian kekerasan politik terkini.
"Politik kita sangat terpolarisasi, dengan banyak warga Amerika memandang pihak lain bukan sebagai pihak yang salah, melainkan sebagai ancaman eksistensial," tuturnya yang dikutip dari Xinhua News pada Minggu (14/9/2025).
Menanggapi insiden tersebut, Trump menyatakan bahwa seluruh warga Amerika dan media harus menghadapi kenyataan bahwa kekerasan dan pembunuhan adalah konsekuensi tragis dari menjelek-jelekkan orang yang tidak sependapat.
Saling Tuding di Media Sosial dan Serangkaian Kekerasan
Alih-alih memicu diskusi serius tentang kekerasan bersenjata, pembunuhan Kirk justru memicu perdebatan sengit di dunia maya.
Kubu tertentu menuduh "kelompok sayap kiri radikal" membungkam kebebasan berpendapat, sedangkan yang lain menyalahkan kaum konservatif karena menyulut kebencian.
Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan politik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya:
Juli tahun lalu, Donald Trump ditembak di telinga saat berpidato di Pennsylvania, yang menyebabkan seorang pendukungnya tewas terkena peluru nyasar.
September tahun lalu, seorang pria ditangkap setelah ditemukan membawa senapan di dekat lapangan golf milik Trump.
September tahun lalu, kantor kampanye Wakil Presiden Kamala Harris ditembak.
Awal tahun ini, beberapa truk siber dan dealer Tesla milik Elon Musk dibakar, terkait dengan aliansi Musk dengan Trump.
April tahun ini, kediaman Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro dibakar.
Juni tahun ini, dua legislator di Minnesota ditembak, satu tewas dan satu lainnya luka parah.
The New York Times melaporkan bahwa kekerasan politik kini menjadi bagian dari tatanan sosial di Amerika. Layaknya penembakan di sekolah yang dulu mengguncang, kini insiden semacam ini telah menjadi hal yang biasa.
Greg Cusack, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Iowa, menegaskan bahwa kekerasan ini tidak akan berhenti "sampai semua penyebar kebencian dan perpecahan menutup mulut kotor mereka selamanya."
Profesor Galdieri menambahkan bahwa meski AS pernah mengalami masa-masa perpecahan serupa di masa lalu, situasi saat ini "sangat suram" dan ia tidak yakin akan ada perbaikan dalam waktu dekat.
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 15 jam yang lalu
TEKNOLOGI | 7 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu