Serikat Pekerja Prancis Pimpin Aksi Nasional, Lebih dari 1 Juta Terlibat

BeritaNasional.com - Gelombang aksi demonstrasi terus mengguncang Prancis, dengan serikat pekerja utama CGT menyatakan bahwa lebih dari satu juta orang ikut ambil bagian dalam unjuk rasa yang digelar di berbagai kota, demikian disampaikan oleh stasiun televisi BFM TV.
Sementara berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri mencatat 282.500 peserta aksi di luar wilayah Paris saja. Situasi di ibu kota sendiri sempat memanas setelah aksi yang awalnya berjalan damai berubah ricuh di sekitar Boulevard Voltaire.
Polisi menyebut terjadi upaya perusakan terhadap sebuah toko, dan petugas yang dilempari batu serta botol membalas dengan tembakan gas air mata serta melakukan sejumlah penangkapan.
Hingga kini, lebih dari 140 orang telah ditahan, termasuk 21 orang di Paris. Sementara itu, laporan dari kementerian menyebutkan bahwa 75 orang resmi berada dalam tahanan, dengan delapan petugas kepolisian mengalami luka ringan dalam kericuhan tersebut.
Aksi ini berdampak luas ke berbagai sektor vital, mulai dari pendidikan hingga industri farmasi. Federasi Serikat Farmasi Prancis (FSPF) mengklaim sekitar 20.000 apoteker turut turun ke jalan, sementara serikat pelajar menyatakan lebih dari 110.000 siswa dan mahasiswa ikut serta dalam mobilisasi.
Sebanyak 35.000 anggota pasukan gendarmerie dikerahkan untuk mengamankan situasi, dan lebih dari 80.000 personel polisi serta aparat keamanan lainnya disebar ke seluruh penjuru negeri.
Pemerintah bahkan mengaktifkan kendaraan lapis baja Centaure dan alat pelontar air, langkah yang terakhir kali dilakukan saat unjuk rasa rompi kuning beberapa tahun lalu.
Menurut Menteri Dalam Negeri sementara, Bruno Retailleau, pemblokiran jalan dan fasilitas berjalan tak separah yang diperkirakan sebelumnya.
Meski begitu, ia tetap memperkirakan aksi akan berlangsung besar-besaran, dengan keterlibatan luas dari sektor-sektor seperti layanan publik, pendidikan, transportasi, industri, pertanian, hingga hiburan.
Mobilisasi nasional kali ini merupakan respons langsung terhadap usulan anggaran negara yang kontroversial dari mantan Perdana Menteri Francois Bayrou.
Rencana anggaran yang diajukan pada Juli lalu bertujuan menghemat sekitar €44 miliar sebagai bagian dari strategi menurunkan utang negara, yang kini telah menyentuh angka 113% dari produk domestik bruto (PDB).
Namun, upaya Bayrou kandas setelah ia gagal mendapatkan dukungan dalam pemungutan suara mosi kepercayaan di parlemen pada 8 September lalu.
Situasi ini memicu krisis politik baru, dan Presiden Emmanuel Macron pun menunjuk Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu sebagai perdana menteri baru dengan mandat untuk merangkul partai-partai politik dan membentuk pemerintahan yang stabil.
Dengan defisit anggaran yang kini mencapai 5,8% dari PDB, salah satu yang tertinggi di Uni Eropa. Prancis tengah menghadapi tekanan fiskal dan politik yang kian berat.
Kegagalan pembahasan anggaran tahun sebelumnya bahkan berujung pada tumbangnya pemerintahan Michel Barnier, setelah kubu kiri dan kanan ekstrem sepakat menjatuhkan pemerintah lewat mosi tidak percaya.
Aksi pada 18 September ini juga menjadi kelanjutan dari gelombang unjuk rasa bertajuk "Block Everything" pekan lalu, yang berhasil mengumpulkan hampir 200 ribu peserta di seluruh negeri. Sekitar 40 pawai besar direncanakan di berbagai daerah, dengan proyeksi total massa mencapai hingga 800 ribu orang, menurut perhitungan awal.
OLAHRAGA | 11 jam yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 18 jam yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 9 jam yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu