Kim Jong Un Kenang Trump, Tolak Seruan Denuklirisasi dan Tegaskan Nuklir Jadi Jaminan Kekuasaan

BeritaNasional.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya meski membuka peluang untuk kembali berdialog dengan Amerika Serikat.
Dikutip dari NBC News, dalam pidatonya di hadapan Majelis Rakyat Tertinggi, Minggu (21/9/2025), Kim menyebut masih memiliki “kenangan pribadi yang indah” tentang mantan Presiden AS Donald Trump, namun menolak tuntutan Washington agar Korea Utara melakukan denuklirisasi sebagai prasyarat perundingan.
Kim menyampaikan bahwa dunia sudah mengetahui risiko yang dihadapi negara-negara yang dipaksa melucuti senjata nuklirnya.
“Kami tidak akan pernah meletakkan senjata nuklir kami… Tidak akan ada negosiasi, sekarang atau selamanya, tentang perdagangan apa pun dengan negara-negara musuh dengan imbalan pencabutan sanksi,” tegasnya.
Pidato tersebut kembali menegaskan sikap keras Pyongyang, yang sejak kegagalan pertemuan puncak Kim–Trump pada 2019 menangguhkan hampir semua kerja sama dengan Korea Selatan. Hubungan antar-Korea semakin merenggang setelah Kim mempercepat uji coba persenjataan sekaligus memperkuat aliansi dengan Rusia dan Tiongkok di tengah perang Ukraina.
Komentar Kim muncul saat Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung bertolak ke New York untuk menghadiri Majelis Umum PBB. Di forum itu, Lee diperkirakan akan menyoroti meningkatnya ketegangan nuklir di Semenanjung Korea dan menyerukan Pyongyang agar kembali berunding.
Sementara itu, Trump dijadwalkan mengunjungi Korea Selatan bulan depan dalam rangkaian pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), yang memicu spekulasi kemungkinan pertemuan ulang dengan Kim di perbatasan antar-Korea.
Menurut para analis, program nuklir tetap menjadi instrumen utama bagi Kim untuk menekan Washington agar menerima Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir. Strategi ini diyakini ditujukan agar Pyongyang dapat menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang lebih kuat.
Di sisi lain, Korea Utara juga semakin aktif menjalin kemitraan dengan Rusia dan Tiongkok. Kim bahkan disebut mengirim ribuan pasukan dan peralatan militer ke Moskow untuk mendukung perang Presiden Vladimir Putin di Ukraina. Kunjungan Kim ke Beijing awal bulan ini bersama Xi Jinping dan Putin dalam parade militer besar dinilai sebagai langkah memperkuat pengaruh diplomatiknya menjelang kemungkinan dimulainya kembali perundingan dengan AS.
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 13 jam yang lalu
OLAHRAGA | 20 jam yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
EKBIS | 9 jam yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu