Prabowo Subianto Miliki Peluang Besar Menjadi Juru Damai 2 Keturunan Abraham

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 25 September 2025 | 15:45 WIB
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri Ali Mochtar Ngabalin. (BeritaNasional/istimewa)
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri Ali Mochtar Ngabalin. (BeritaNasional/istimewa)

BeritaNasional.com -  Presiden Prabowo Subianto tampil di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan pesan yang menggugah hati dunia. Di hadapan para kepala negara dan delegasi dari seluruh penjuru bumi, Prabowo mengumandangkan kembali komitmen Indonesia pada perdamaian, terutama di tanah yang selama puluhan tahun menjadi lahan sengketa, Israel dan Palestina.

Pidatonya sarat dengan emosi positif, penuh kejujuran dan ketegasan. Ia mengingatkan bahwa hanya ada satu jalan keluar dari lingkaran kekerasan dan penderitaan, yaitu solusi dua negara. Dengan suara lantang Prabowo menyampaikan

Two state solution is the only solution. Therefore, two descendants of Abraham must live in harmony. Israel and Palestine. Let us live in peace.”

Kalimat itu bukan sekadar retorika diplomasi, melainkan cerminan keberanian seorang pemimpin bangsa. Ia memahami bahwa Israel dan Palestina sedang berada dalam ketegangan panjang. 

Prabowo tidak menutup mata terhadap kenyataan pahit di lapangan, bahwa rakyat Palestina masih hidup dalam penindasan, dan di sisi lain Israel tetap memerlukan jaminan keamanan. Ia menyodorkan jalan tengah yang adil, menempatkan Indonesia pada garis depan perjuangan kemanusiaan global.

Media internasional langsung memberi sorotan. The Times of Israel menulis bahwa Prabowo menegaskan dunia harus menjamin keamanan Israel sebagai kunci perdamaian, sekaligus menutup pidatonya dengan kata “Shalom”. Ini menjadi isyarat luar biasa, sebab Indonesia adalah negara Muslim terbesar yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Lebih jauh lagi, Prabowo menyatakan, jika Israel mengakui Palestina maka Indonesia akan segera mengakui Israel. Inilah pernyataan historis yang menunjukkan keberanian dan visi jauh ke depan.

Dari perspektif sosiologis, konflik Israel Palestina adalah luka kolektif lintas generasi. Korban tidak berdosa telah berjatuhan terlalu banyak. Trauma, kebencian, dan kehilangan membentuk lingkaran kekerasan yang nyaris tak berujung. Prabowo memahami hal ini, sehingga ia menegaskan perlunya solusi struktural yang dapat menghentikan kekerasan tersebut. Pengakuan formal terhadap dua negara adalah jalan untuk menghentikan tragedi kemanusiaan.

Pidato Prabowo juga penuh energi hingga beberapa kali ia menghentakkan tangan ke podium. Setiap hentakan menegaskan pesan moral yang ia bawa, mulai dari penderitaan bangsa Indonesia di masa lalu, keadilan bagi Palestina, komitmen Indonesia pada perdamaian dunia, hingga dorongan agar negara-negara lain berpihak pada sejarah dengan mengakui Palestina. Momen itu bahkan dipuji langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut Prabowo tampil luar biasa di panggung dunia.

Prabowo menegaskan kembali bahwa Indonesia tidak akan pernah meninggalkan Palestina. Namun ia juga menekankan bahwa perdamaian tidak mungkin tercapai bila salah satu pihak diabaikan. Dengan semangat nasionalisme yang berakar pada Pancasila, ia memperlihatkan wajah Indonesia yang berani menyuarakan keadilan universal.

Lebih jauh lagi, Prabowo berkomitmen pada langkah konkret. Ia menyatakan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi, bukan hanya dengan tenaga dan kemampuan diplomasi, tetapi juga dengan dukungan finansial bagi upaya perdamaian. Komitmen ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berbicara, melainkan siap bertindak untuk kemanusiaan.

Pidato di hadapan para pemimpin dunia di Sidang Umum PBB adalah pesan kuat bahwa nasionalisme sejati tidak berarti menutup diri, melainkan berani menawarkan solusi untuk kemanusiaan. Bangsa ini hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk cita-cita besar berupa kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia.

Momentum ini penting untuk dijaga. Keberanian diplomasi Prabowo adalah refleksi dari jiwa prajurit yang ia miliki, jiwa yang tidak takut menghadapi tantangan, jujur pada kenyataan, dan setia pada perjuangan kemanusiaan. Ia memperlihatkan bahwa Indonesia tidak pernah sendirian, karena suara kita adalah suara rakyat dunia yang mendambakan perdamaian.

Pidato Prabowo di PBB ini kini tercatat bukan hanya sebagai seruan moral, melainkan langkah nyata untuk menolak kekerasan, membuka pintu pengakuan, memperkuat legitimasi PBB, dan menghadirkan Indonesia sebagai penengah yang dipercaya.

Pidato itu akan dikenang sebagai salah satu momentum paling berani Indonesia dalam diplomasi global. Dengan lantang dan penuh keyakinan, Prabowo Subianto menyampaikan pesan sederhana namun mendalam, sebuah seruan yang bukan hanya ditujukan kepada Palestina dan Israel, tetapi juga bagi seluruh dunia yang merindukan kehidupan tanpa perang dan tanpa ketidakadilan.

Dan akhirnya, dengan khas salam Indonesia, ia menutup pidatonya dengan ucapan penuh kebajikan,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Om Shanti, Namo Buddhaya. May God peace is upon us.

Inilah salam agama yang hidup dan terus menjadi denyut nadi di Indonesia, yang mengajarkan bahwa toleransi adalah nilai tertinggi dan perdamaian antar manusia adalah tugas utama yang harus kita jalankan bersama.

Di sinilah makna terdalam dari pidato itu. Prabowo tidak hanya membela Palestina atau mengingatkan hak Israel, tetapi membuka kemungkinan nyata bahwa Presiden Indonesia dapat tampil sebagai juru damai bagi dua keturunan Ibrahim. Dengan legitimasi moral, keberanian politik, dan pengakuan dunia, terbuka jalan bagi Indonesia untuk menorehkan sejarah baru dalam diplomasi kemanusiaan.

 

Oleh Prof Dr Ali Mochtar Ngabalin, SAg MSi 


Ketua DPP Partai GOLKAR
Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri

Guru Besar Hubungan Internasional
Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan

 sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: