Mengenal Parrawana, Kebiasaan Suku Mandar dalam Menyambut Ramadhan

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 19 Maret 2024 | 18:00 WIB
Parrawana kebiasaan Suku Mandar menyambut Ramadhan (Foto/Benar News)
Parrawana kebiasaan Suku Mandar menyambut Ramadhan (Foto/Benar News)

Indonesiaglobe.id - Masyarakat suku Mandar di Provinsi Sulawesi Barat rupanya punya kebiasaan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi unik tersebut bernama tradisi Parrawana.

Parrawana merupakan pertunjukan musik tradisional dengan menggunakan rebana. Sejatinya tradisi ini adalah warisan leluhur masyarakat setempat, yang berasal dari tradisi Islam yang masuk ke daerah tersebut pada abad ke-17. Hal ini disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat.

Dikutip dari Benar News, Parrawana dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa, berjumlah 10 hingga 15 orang. Durasi permainannya, bisa tiga hingga lima jam tergantung kesepakatan seluruh peserta.

Parrawana ditampilkan pada pesta perkawinan dan pertunjukan tradisi lainnya, seperti mengiringi anak-anak yang khatam membaca Alquran, musik penghibur perayaan Maulid Nabi Muhammad, hingga penyucian diri sebelum puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Inilah yang dilakukan oleh masyarakat Mandar di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, pada Minggu (10/3/2024) malam.

Usai menunaikan salat Isya berjamaah di masjid, anak-anak melakukan pawai obor keliling kampung untuk mengundang warga mengikuti pertunjukan Parrawana, yang akan dilakukan di salah satu rumah panggung yang telah dihiasi dengan pelbagai aksesoris.

Masyarakat Mandar yakin usai melaksanakan kegiatan Parrawana, mereka akan mendapatkan kekuatan dalam melawan hawa nafsu. Khususnya, menahan lapar dan haus saat menjalankan ibadah puasa.

Dalam Parrawana ditampilkan kuayang yang berarti burung jadi-jadian menyerupai manusia, yang menjadi simbol setan yang menggoda manusia melakukan hal-hal buruk. Saat akhir pertunjukan, kuayang dibunuh. Nah, matinya kuayang, menandai tidak akan ada setan yang mengganggu ibadah Ramadhan.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: