Mengharukan, Ibu dan Anak Berjumpa Usai Terpisah 17 Tahun

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 02 April 2024 | 20:00 WIB
Ibu dan anak berjumpa usai terpisah 17 tahun (Foto/BBC)
Ibu dan anak berjumpa usai terpisah 17 tahun (Foto/BBC)

Indonesiaglobe.id -  Setareh Farokhi pengungsi asal Iran akhirnya bisa berjumpa kembali dan memeluk anak perempuannya di Jerman setelah terpisah selama 17 tahun. Penata rambut berusia 44 tahun itu berasal dari Kermanshah, sebuah kota di bagian barat Iran. Ia mengaku merupakan korban pernikahan anak.

Setareh menikah saat berumur 15 tahun dan melahirkan putrinya, Sepideh, pada usia 16.

"Saat menikah, saya bahkan belum mencapai kematangan fisik dan seksual. Itu terjadi karena paksaan keluarga," katanya.

Berdasarkan aturan hukum Iran, pernikahan bisa saja berlangsung bahkan sebelum batas usia terpenuhi sepanjang mendapat persetujuan dari wali anak dan pengadilan. Para kritikus mengatakan peraturan ini melanggar hak anak dan tidak mempertimbangkan hak anak yang akan dinikahkan.

Setareh bilang ia terlalu muda untuk menikah dan menjadi orangtua.

"Kami tumbuh bersama seperti dua teman main," kata Setareh soal hubungan dengan anaknya.

"Saat itu, bila dia menangis, saya tidak tahu apakah dia mau susu, buang air besar, atau butuh hal lainnya. Saya masih sangat muda dan tidak siap dengan kehidupan pernikahan. Bayi itu datang terlalu cepat," ujarnya.

Bagi Setareh, momen terakhir kali ia melihat putrinya terpatri selamanya dalam ingatan. "Ia turun dari mobil ayahnya, begitu juga saya. Kami berpelukan, duduk di tanah dan menangis. Saya tidak bisa mendeskripsikannya."

Sang ayah membawa pergi putri mereka ketika ia baru berusia delapan tahun karena sejumlah perbedaan terkait budaya dan agama.

"Ayah Sepideh sama sekali tidak mengizinkan saya melihat anak saya, pengadilan memutuskan bahwa saya bisa melihat anak saya di ruang publik - maksudnya di jalanan - setidaknya sebulan sekali," kata Setareh.

Menurut Setareh, setelah pertemuan terakhir dengan Sepideh, sang ayah tidak pernah membawa putrinya untuk menemuinya dan bahkan mengatakan pada si anak bahwa ibunya telah meninggal. "Saya ingat saya menyiapkan kado untuk ulang tahunnya dan saya hanya menangis seperti orang gila sendirian. Itu sangat sulit bagi saya," katanya.

Pada malam tahun baru 2016, Setareh akhirnya meninggalkan Iran menuju Jerman melalui Turki, Yunani, dan rute Balkan. Di situlah ia mendapat pekerjaan sebagai penata rambut.

Ia mengatur agar akun Facebook dan Instagram-nya terbuka untuk publik, sembari meyakini bahwa suatu hari nanti Sepideh akan menemukannya. Dan, itulah yang terjadi.

Sepideh, 26 tahun, berhasil menemukan ibunya beberapa tahun lalu di Instagram dan mengirimkan pesan padanya.

"Saya tidak akan pernah lupa. Saya telah memberikan nomor kontak saya, tapi Sepideh dan saya tidak bisa berbicara selama beberapa hari," kata Setareh.

"Dia coba menyalakan kameranya, menangis, lalu bertanya, 'Apakah ini benar kamu, ibu?'"

Dikutip dari BBC, selama berbulan-bulan, mereka terus berkontak sembari mendapat bantuan psikiater hingga, akhirnya, Sepideh berangkat ke Jerman.

Pada musim panas 2022, saat-saat yang telah ditunggu Setareh dan Sepideh selama bertahun-tahun lamanya akhirnya tiba. Setelah 17 tahun berpisah, mereka berpelukan dan menangis selama hampir setengah jam, saling mencium dan menghapus air mata bahagia masing-masing.

Satu-satunya kalimat yang bisa diucapkan Sepideh adalah, "Aku harap tidak ada ibu dan anak yang harus terpisah."

Selama ini Setareh bekerja di salon rambut. Sedangkan Sepideh, yang telah mendapat suaka, sibuk berupaya membaur dengan masyarakat Jerman dan mempelajari bahasanya.

Sepideh, yang kini telah menggunting pendek rambutnya, meminum teh di rumah ibunya sembari mengenang waktu mereka bersama sejak bertemu kembali.

"Saya masih merasa ini semua hanya mimpi. Seperti mimpi yang bisa kamu ingat segala detailnya tapi tidak bisa mempercayainya. Sebuah kejutan psikologis."

"Kami telah membuat banyak kenangan dalam satu setengah tahun terakhir, tapi itu tidak menggantikan 17 tahun yang hilang," ujar Sepideh.

"Saya menghabiskan berjam-jam hanya menatapnya. Saya bisa bilang, saya terlahir kembali bersamanya,"  tambah Setareh.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: