Bom Belum Meledak Intai Keselamatan Warga Gaza
BeritaNasional.com - Selama ini banyak warga Palestina yang terlantar kembali pulang dan mencoba menyelamatkan apa yang tersisa dari reruntuhan rumah masing-masing. Namun ada ada bahaya yang mengintai mereka, bom atau artileri yang belum meledak.
Badan PBB untuk urusan koordinasi kemanusiaan (UNOCHA) segera melakukan kajian di Khan Younis.
Dalam pernyataannya, UNOCHA menyebut, “Jalanan dan area publik di Khan Younis berserakan dengan artileri yang belum meledak yang berisiko tinggi untuk warga sipil.”
“Tim kami menemukan bom-bom seberat 450 kilogram tergeletak di persimpangan-persimpangan utama dan banyak sekolah,” ujarnya.
Dikutip dari BBC, Minggu (29/4/2024), pakar militer memperkirakan Tentara Israel (IDF) menjatuhkan puluhan ribu bom sejak perang dimulai.
PBB punya tim khusus di Gaza yang membersihkan dan mengamankan bom-bom yang belum meledak. Kelompok ini disebut Layanan Aksi Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNMAS) di negara Palestina.
Kepala UNMAS, Charles “Mungo” Birch, menyebut puing-puing di Gaza lebih banyak dibandingkan Ukraina. “Terdapat segala macam bahan peledak mulai dari bom udara skala besar hingga roket
UNMAS, sambung Birch, memperkirakan 10% dari amunisi ini gagal berfungsi. Birch juga mengatakan Israel menggunakan bom udara untuk menyasar “bangunan bawah tanah” atau terowongan yang ada di bawah permukaan bumi.
Keluarga-keluarga Palestina pulang ke rumah masing-masing setelah Israel menarik pasukan. Bangunan kini berubah menjadi puing-puing yang menjadi saksi kehancuran di Khan Younis, Gaza.
Sebelum Hamas menyerang Israel, UNMAS hampir menyelesaikan penyingkiran 21 “bom udara yang terpendam” dari Jalur Gaza.
Bom-bom yang terkubur dalam tanah ini merupakan sisa dari pertikaian sebelumnya antara kelompok militan dan Israel. Penyingkiran satu bom membutuhkan waktu satu bulan, tetapi kemudian semuanya berubah.
Birch sedang berada di Gaza bagian utara saat Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023. Israel segera melancarkan serangan balasan.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant mengatakan, IDF menjatuhkan 10.000 bom dan misil di Kota Gaza pada 26 hari pertama perang berlangsung.
“Situasinya sangat genting,” ujar Birch.
Pada akhir Maret, meski mendapat kritik dari kelompok hak asasi manusia dan sebagian anggota Partai Demokrat AS, The Washington Post dan kantor berita Reuters melaporkan pemerintahan Presiden AS Joe Biden menyetujui pengiriman lebih dari bom 1.800MK84 seberat 900 kilogram dan bom 500 MK82 seberat 230 kilogram ke Israel.
Bom-bom yang lebih besar ini sebelumnya dikaitkan dengan serangan udara di Gaza yang menimbulkan banyak korban jiwa. Kementerian kesehatan Hamas menyatakan sedikitnya 33.970 orang Palestina meregang nyawa di Gaza karena gempuran Israel.
Menurut Birch, poros sepanjang 10 hingga 15 meter mesti digali untuk menangani bom udara yang belum meledak dan berada di bawah tanah.
Ahli peledak kemudian memanjat turun dan melumpuhkan bom itu.
Birch menambahkan bahwa sebagian besar pekerjaan di Gaza sekarang akan terfokus kepada menyingkirkan “artileri di tingkat permukaan”.
“Kita tidak mengetahui besarnya kontaminasi dengan sisa-sisa bahan peledak di bagian utara Gaza karena belum bisa melakukan kajian,” ujarnya.
“Ini adalah operasi tidak terduga. Barangkali ini adalah yang pertama sejak perang konvensional besar terakhir di Eropa,” tambahnya.
LSM dari Inggris Humanity and Inclusion (HI) baru-baru ini mengirim dua pakar penanganan bom ke Rafah, kota di selatan Gaza, untuk melakukan kajian.
Bom sebanyak 45.000 diduga dijatuhkan pada 89 hari pertama konflik. Organisasi itu menggunakan tingkat kegagalan rata-rata 14% dan menyebut kemungkinan ada 6.300 bom yang gagal berfungsi dan masih belum meledak.
“Seiring perubahan konteks di Gaza, orang-orang seringkali bergerak ke sana-sini. Ketakutan terbesar kami adalah saat pulang ke rumah – yang rusak atau hancur – mereka akan mencoba masuk ke rumah untuk menyelamatkan harta benda mereka,” tutur Simon Elmont, ahli penanganan bahan peledak dari HI.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu