Kolombia Siap Larang Adu Banteng

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Jumat, 31 Mei 2024 | 09:00 WIB
Suasana adu banteng (Foto/Picture Alliance)
Suasana adu banteng (Foto/Picture Alliance)

BeritaNasional.com - Kolombia memilih untuk melarang adu banteng, pada Selasa (28/52024). Ini terjadi saat majelis rendah di Kongres sepakat dengan suara 93 setuju dan dua tidak setuju, untuk melarang olahraga ini mulai tahun 2027 mendatang. 

Langkah ini diambil setelah lobi bertahun-tahun dari para kelompok pembela hak hewan di berbagai negara Amerika Latin, termasuk Portugal dan Spanyol, dua negara asal di mana modernisasi olahraga ini terbentuk.

Para aktivis yang menyerukan pelarangan ini berargumen, atraksi adu banteng melawan matador bukanlah sebuah tradisi budaya, melainkan bentuk peninggalan kolonialisme dan penyiksaan hewan yang kejam. 

Rancangan Undang-Undang (RUU) ini akan diajukan ke meja Presiden Gustavo Petro, yang diharapkan nantinya ditandatangani untuk kemudian dapat disahkan menjadi undang-undang (UU). 

Di platform media sosial X, Petro memuji para anggota parlemennya, karena telah menjelaskan bahwa kematian bukanlah suatu tontonan. 

Kolombia akan bergabung dengan Argentina, Brasil, Chili, Guatemala, dan Uruguay, jika aturan larangan ini mulai berlaku di negara itu. 

Meski ada keputusan Mahkamah Konstitusi pada 2018 yang mengakui bahwa adu banteng adalah bagian dari tradisi budaya negara itu, kota-kota seperti Bogota dan Medellin kerap memberlakukan pembatasan dan pelarangan melukai hewan. Namun, olahraga ini masih sangat populer di kota Cali dan Manizales.

Olahraga adu banteng masih terus berlangsung di Ekuador, Prancis, Meksiko, Peru, Portugal, Spanyol, dan Venezuela yang sejauh ini belum melarangnya.

Aktivis Hak Hewan Terry Hurtado yang memperjuangkan pelarangan ini sejak 1990-an, menyebut pemungutan suara pada Selasa kemarin sebagai kemenangan besar. "Saya merasa lega karena banteng dan kuda di Kolombia tak lagi disiksa, dan anak-anak tak lagi terpapar tontonan ini.”

Dikutip dari DW, banteng aduan itu dikembangbiakkan untuk menjadi agresif dan dibesarkan di padang rumput yang luas, milik para tuan kaya raya, di mana banteng-banteng itu tidak pernah kontak dengan manusia. Lalu banteng dipilih yang paling beringas dan agresif untuk dibawa ke arena di amfiteater.

Pada penghujung atraksi ini, hewan yang lelah dan luka-luka ini akan berhadapan langsung dengan seorang matador yang memeg
ang pedang dan jubah, yang siap menancapkan pedang ke jantung banteng melalui titik di antara tulang belikatnya.

Banteng-banteng yang mati dibunuh itu, kemudian dijual ke toko-toko daging dan restoran lokal, lalu dimasak untuk dikonsumsi warga.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: