Kembangkan Kesiapsiagaan Bencana, Mahasiswa UI Juarai Kompetisi Ilmu Kebumian Internasional
BeritaNasional.com - Lima mahasiswa Universitas Indonesia dari lintas fakultas yang tergabung dalam Tim TSUSI (Tsunami Terintegrasi) meraih juara pertama pada kompetisi ilmu kebumian internasional Youth Program Competition yaitu pre-event dari The 5th Geotourism Festival and International Conference.
Mereka adalah M. Badhar Gibran, Abigail Priskila, Marlina Tjendra, Rifqy Fadhillah Maulana, dan Salsa Bila Putri Maharani.
Kelimanya berhasil mengalahkan 160 peserta yang tidak hanya berasal dari universitas di Indonesia, tetapi juga universitas di Malaysia dan Prancis.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, menyerahkan secara langsung simbolis hadiah kompetisi tersebut yang berlangsung di Politeknik Banyuwangi, Jawa Timur pada Senin (1/7/2024).
Dekan FMIPA UI Dede Djuhana mengapresiasi pencapaian Tim TSUSI. Dia menekankan inovasi yang diperkenalkan oleh Tim TSUSI tidak hanya berfokus pada peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, tetapi juga menunjukkan pentingnya integrasi antara teknologi pemantauan terkini dengan upaya konservasi di kawasan geowisata.
“Inovasi ini tidak hanya memberikan perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat dan wisatawan di kawasan Geopark Ujung Kulon, namun menunjukkan komitmen kami untuk menggabungkan keunggulan teknologi, dengan pemahaman ilmiah yang mendalam tentang pentingnya aspek keselamatan dan pelestarian lingkungan,” ujar Dede.
Tim tersebut merancang inovasi revolusioner guna memperkuat mitigasi dan penanggulangan bencana, khususnya tsunami vulkanik.
Rancangan inovasi tersebut berjudul “Skema Sistem Pemantauan Tsunami Vulkanik Terpadu Gunung Api Krakatau untuk Mitigasi Bencana di Wilayah Geowisata: Sebuah Usulan”.
Gunung Api Krakatau dan Geopark Ujung Kulon merupakan dua kawasan yang saling berhubungan satu sama lain.
Secara geografis, Geopark Ujung Kulon merupakan wilayah yang terletak di sebelah barat laut Krakatau, sehingga memungkinkan pengaruh langsung dari letusan dan aktivitas vulkanik yang terjadi di Krakatau.
Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya endapan hasil tsunami vulkanik di daerah Geopark Ujung Kulon.
Keterkaitan antara Gunung Krakatau dan Geopark Ujung Kulon menunjukkan pentingnya memahami dan merencanakan mitigasi bencana tsunami vulkanik yang mungkin akan terjadi kembali.
Karena itu, diperlukan skema baru sistem pemantauan tsunami vulkanik terpadu Gunung Api Krakatau.
Salah satu metode yang dapat diaplikasikan dalam membuat skema baru tersebut adalah penginderaan jauh, yaitu dengan membuat peta identifikasi kerawanan bencana yang akan dipadukan dengan data kondisi batimetri dan persebaran arah aliran lahar.
“Ide rancangan ini bermula dari melihat kondisi salah satu geopark yang ada di Indonesia, yaitu Geopark Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Geopark ini berpotensi besar mengalami tsunami vulkanik yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau,” ujar ketua tim M. Badhar Gibran.
Penelitian ini menggunakan metode pemantauan dengan memanfaatkan enam parameter yang akan menghasilkan tiga peta zona kerawanan.
Yaitu, peta batimetri yang berasal dari data kondisi batimetri, peta aliran lahar yang berasal dari data persebaran arah aliran lahar, dan peta zona rawan tsunami yang berasal dari data kemiringan lereng, ketinggian, jarak dari sungai, dan garis pantai.
Hasil penelitian tersebut kemudian melahirkan suatu gagasan skema pemantauan bahaya tsunami vulkanik Gunung Krakatau, yang diharapkan dapat menjadi upaya preservasi Geopark Ujung Kulon.
Selanjutnya, dilakukan pula pengolahan data penginderaan jauh untuk menghasilkan peta batimetri, persebaran arah aliran, dan zona rawan tsunami.
“Dibutuhkan pengembangan sistem pemantauan tsunami vulkanik, di Gunung Krakatau, yang lebih komprehensif sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan sistem pemantauan tsunami vulkanik yang terpadu,” ujarnya.
Lebih lanjut Gibran memaparkan, data kemiringan lereng, ketinggian, jarak dari sungai, dan garis pantai kemudian dimodelkan menggunakan pendekatan Analytics Hirarcies Process (AHP) dan menghasilkan peta yang menampilkan rentang zona potensi rawan tsunami yang terdiri dari zona sangat rawan, rawan, dan tidak rawan.
Berdasarkan peta tersebut, zona dengan potensi rawan tsunami kemudian diberikan rekomendasi mitigasi bencana.
Sementara itu, wilayah dengan tingkat potensi tsunami rendah, dikumpulkan ke dalam satu basis data kebencanaan (database).
Skema tersebut kemudian diujicobakan di wilayah Gunung Krakatau dan Geopark Ujung Kulon yang kemudian menghasilkan peta kerawanan bahaya tsunami dilengkapi dengan informasi hasil pemantauan dari setiap parameter.
Skema pemantauan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dapat memperkuat mitigasi dan penanggulangan bencana tsunami vulkanik di Gunung Api Krakatau dan upaya mitigasi bencana tsunami di kawasan Geopark Ujung Kulon.
Inovasi dalam pemantauan bencana alam memungkinkan untuk lebih siap menghadapi ancaman bencana, sekaligus menjaga dan melestarikan keindahan alam.
“Kami berharap usulan ini dapat ditindaklanjuti oleh para pengelola Geopark, khususnya Geopark Ujungkulon. Kami berencana menjajaki kerja sama dengan PVMBG untuk dapat mengembangkan skema ini,” katanya.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu