Ini Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas yang Baru
BeritaNasional.com - Hamas akhirnya menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya. Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran, Iran pekan lalu.
Sejak 2017, Sinwar telah menjabat sebagai pemimpin kelompok tersebut di Jalur Gaza. Sekarang, ia akan menjadi pemimpin sayap politiknya.
Dewan Syura Hamas memberikan suara bulat untuk memilih Sinwar. Menurut seorang pejabat Hamas, penunjukan Sinwar merupakan pesan perlawanan terhadap Israel.
"Mereka membunuh Haniyeh, orang yang fleksibel dan terbuka terhadap solusi. Sekarang Israel harus berhadapan dengan Sinwar dan pimpinan militer yang tegas," kata pejabat Hamas tersebut.
Selama ini Haniyeh dipandang oleh para diplomat di kawasan Timur Tengah sebagai tokoh pragmatis dibandingkan dengan tokoh lain di Hamas. Ia dinilai sebagai tokoh yang bisa diajak bernegosiasi dan tidak kaku seperti pemimpin Hamas lainnya. Namun Israel malah menghabisinya.
Penggantinya, Sinwa selama ini dipandang sebagai salah satu tokoh Hamas yang paling ekstrem dan berhaluan garis keras. Jadi Israel bakal menghadapi seseorang yang jauh lebih keras daripada Haniyeh.
"Penunjukan Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh, merupakan alasan kuat lainnya untuk segera melenyapkannya dan menghapus organisasi keji ini dari muka Bumi," kata Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz.
Sinwar, 61 tahun, dikenal dengan sapaan Abu Ibrahim. Ia lahir di kamp pengungsi Khan Younis di ujung selatan Jalur Gaza.
Orang tuanya berasal dari Ashkelon, namun dia menjadi pengungsi pasca-peristiwa Al-Naqba (bencana), yang merujuk pada tersingkirnya warga Palestina dari tanah leluhur mereka dalam perang usai negara Israel dibentuk pada 1948.
Dikutip dari BBC, Sinwar menempuh pendidikan di sekolah menengah untuk laki-laki di Khan Younis. Kemudian ia lulus sarjana bahasa Arab dari Universitas Islam Gaza.
Pada masa itu, Khan Younis tempat dukungan bagi Ikhwanul Muslimin. Peneliti dari Washington Institute for Near East Policy, Ehud Yaari mengatakan, Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan besar-besaran bagi generasi muda yang pergi ke masjid-masjid di tengah kemiskinan di kamp pengungsi. Ini nantinya berpengaruh besar bagi Hamas.
Sinwar pertama kali ditangkap oleh Israel karena aktivitas Islami pada tahun 1982, ketika dia masih berusia 19 tahun. Ia ditangkap lagi pada tahun 1985. Pada saat itulah dia dipercaya oleh Pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin.
Hubungan dengan pemimpin spiritual organisasi ini memberi kesan pertama yang baik bagi Sinwar di dalam gerakan tersebut. Dua tahun setelah Hamas didirikan pada tahun 1987, Sinwar mendirikan organisasi keamanan internal yang ditakuti bernama al-Majd. Saat itu, dia baru berusia 25 tahun.
Al-Majd dikenal karena menghukum orang-orang yang dituduh melanggar moral.
Menurut para pajabat Israel, Sinwar menghukum seseorang yang diduga sebagai informan Israel, dengan meminta saudara laki-laki orang tersebut menguburnya hidup-hidup, menggunakan sendok, bukan sekop.
“Dia adalah sosok yang bisa mengumpulkan pengikut, pendukung, dan banyak orang yang takut. Banyak orang tak ingin berseteru dengannya,” kata Yaari.
Pada tahun 1988, Sinwar diduga merencanakan penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel. Dia ditangkap pada tahun yang sama, dihukum oleh Israel atas pembunuhan 12 warga Palestina, lalu dijatuhi empat hukuman seumur hidup.
Sinwar menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di penjara-penjara Israel. Dia dipenjara selama lebih dari 22 tahun, dari 1988 hingga 2011.
Waktunya selama dipenjara, sebagian di sel isolasi, tampaknya justru membuatnya semakin radikal.
“Dia memposisikan dirinya sebagai pemimpin di antara para narapidana, bernegosiasi atas nama mereka dengan otoritas di penjara dan menegakkan disiplin," tambahnya.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu