Ini 4 Alasan Jusuf Hamka Mundur dari Partai Golkar, Ada Ketakutan Terzalimi

Oleh: Lydia Fransisca
Minggu, 11 Agustus 2024 | 20:49 WIB
Jusuf Hamka alias Babah Alun saat blusukan ke pasar Tanah Abang. (BeritaNasional/Elvis)
Jusuf Hamka alias Babah Alun saat blusukan ke pasar Tanah Abang. (BeritaNasional/Elvis)

BeritaNasional.com -  Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Jusuf Hamka mendadak mundur, mengikut langkah Airlangga Hartarto yang resmi melepaskan jabatan ketua umum Partai Golkar pada Sabtu (10/8/2024).

Sosok yang akrab disapa Babah Alun ini menekankan bahwa alasan di balik keputusannya untuk mundur melibatkan beberapa pertimbangan pribadi yang mendalam.

Menurutnya keputusan utamanya didorong oleh permintaan keluarganya. Sejak awal, mereka  tidak mendukung keputusannya untuk aktif dalam politik. 

"Alasan pertama adalah keluarga saya. Sejak awal, mereka sudah meminta saya untuk tidak terlibat dalam politik," jelas Babah Alun,  kepada wartawan, Minggu (11/8/2024).

Selanjutnya yang juga menjadi pertimbangan ialah usia dan kehidupan pribadi Jusuf Hamka, yang dirinya merasa usianya semakin tua dan ingin menikmati sisa waktunya dengan kegiatan yang lebih menyenangkan dan relaksasi.

Bahkan Babah Alun berkelakar ingin berkeliling dan bersenang-senang setelah berkiprah di dunia politik.

"Selain itu, saya sebentar lagi akan menjadi kakek. Istri saya juga menginginkan agar kita lebih banyak jalan-jalan dan menikmati hidup," tambah Hamka.

Di sisi lain pertimbangan yang tidak kalah menjadi perhitungan ialah soal anak-anaknya yang meminta agar ia fokus pada pembangunan masjid di seluruh Indonesia.

Mereka berharap Jusuf Hamka dapat membangun seribu masjid di minimal 38 provinsi sebagai bagian dari dedikasinya terhadap keluarga dan agama.

"Anak-anak saya meminta saya untuk membangun masjid di seluruh provinsi. Mereka ingin melihat seribu masjid didirikan di minimal 38 provinsi," kata Hamka.

Dan yang terakhir, keresahan itu muncul dalam dinamika politik yang ia jalani, termasuk situasi yang dialami oleh Airlangga Hartarto, yang tidak dipungkiri membuatnya khawatir akan dampak politik jika ia terus terlibat.

"Saya juga khawatir tentang kemungkinan terzalimi dalam politik, terutama setelah melihat situasi di mana Pak Airlangga merasa terzalimi," pungkas Hamka.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: