Parade Gotong Toapekong Libatkan 1.200 Orang, Boen Tek Bio: Semoga Anak Muda Ikut Lestarikan

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Sabtu, 21 September 2024 | 19:18 WIB
Parade Gotong Toapekong (Foto/Angga Wong)
Parade Gotong Toapekong (Foto/Angga Wong)

BeritaNasional.com - Ketua Perkumpulan Boen Tek Bio Ruby Santamoko mengatakan, pihaknya melibatkan sebanyak 1.200 orang dalam Parade Gotong Toapekong. Mereka menggotong liong atau naga dan menjaga joli-joli saat parade 12 tahunan Gotong Toapekong di Kota Tangerang, Banten, Sabtu (21/9/2024)

Ia menjelaskan, keterlibatan banyak orang yang membawa liong bertujuan untuk memastikan rombongan pembawa joli tidak terganggu dan tidak berhenti.

Terdapat tiga joli yang dibawa pada parade Gotong Toapekong tahun ini yaitu YS Kwang Seng Tee Kun, YMS Kwan Im Hud Couw, dan YMS Kha Lam Ya.

Ia mengatakan, sebanyak 60 persen kepanitiaan pada parade Gotong Toapekong tahun ini didominasi anak muda. Tujuannya supaya anak-anak muda mau terus melestarikan budaya tersebut.

"Anak-anak muda kita sangat bersemangat dalam melestarikan budaya Tionghoa khususnya Gotong Toapekong. Mudah-mudahan ke depan budaya-budaya Tionghoa di Kota Tangerang tetap lestari dan dapat berlanjut. Kami juga berterima kasih kepada Pemkot Tangerang yang telah mengupayakan Gotong Toapekong menjadi Warisan Budaya Tak Benda," katanya dikutip dari Antara.

Prosesi 12 tahunan Gotong Toapekong terdapat 37 barisan peserta yang mengikuti parade mulai dari anak-anak hingga dewasa berasal dari komunitas dan komponen masyarakat.

Sebanyak 37 barisan parade ini melibatkan seluruh komunitas dan komponen masyarakat, termasuk juga tokoh-tokoh agama hingga lintas agama sebagai wujud toleransi beragama.

Dalam rombongan tersebut terdiri atas berbagai macam komponen masyarakat. Pada barisan pertama, rombongan pembawa spanduk Boen Tek Bio, disusul anggota Paskibra yang membawa bendera Merah Putih, lalu pembawa Panji Boen Tek Bio.

Barisan empat hadir Marching Band PPI Curug, lalu parade Bhinneka Tunggal Ika dan pakaian daerah, kemudian dilanjutkan tokoh-tokoh lintas agama, Pramuka Tionghoa, marawis rebana dan hadroh, parade Hidup Panggilan Katolik, serta Marching Band Boen Tek Bio. Kemudian disusul rombongan gebogan, para penari tari pendet dan tari cendrawasih, tari rangda, hanoman dan pasukan kera, gamelan baleganjur, pecalang, angklung.

Randy dari Peranakan Story merupakan salah satu anak muda yang turut hadir dalam acara Parade Gotong Toapekong. Ia mengatakan, ia antusias mengikuti acara tersebut karena rata-rata kirab dewa-dewi kepercayaan tradisional Tionghoa itu mengusung atraksi kebudayaan berbagai etnis di Indonesia. 

"Meskipun gak bisa mewakili semuanya, setidaknya itu sudah jadi niat baik. Di sini keliatan etnis China di Indonesia (Tionghoa) itu mencoba membaur meskipun berbeda. Niat yang tulus ini dilihat dan dirasakan non-Chinese di lingkungan sekitar. Terbukti dari animo masyarakat yang tinggi dalam menonton arak-arakan gotong Toapekong ini," kata Randy.

"Mereka bisa lho gak peduli, gak nonton. Tapi antusias mereka rela datang mantengin sampai selesai. Jadi di level masyarakat, sebetulnya orang-orang kita toleransinya lumayan tinggi," ujar Randy.

Pengunjung lain Irawati mengaku senang bisa melihat parade tersebut. "Menarik dan seru menyenangkan. Mungkin 12 tahun lagi gak ikut arak-arakan lagi. Jadi  happy banget bisa ikutan hari ini."

Elsa Sena dari Peranakan Story juga mengatakan, kalau mau nonton lagi 12 tahun lagi. "Parade Gotong Toapekong ini menurutku serunya dapat. Sakralnya juga dapat, gotong Toapekong di Tangerang ini."

Iman seorang anak muda lain yang ikut parade ini mengatakan, gotong Toapekong merupakan salah satu momentum perayaan yang dinanti-nanti oleh semua kalangan masyarakat. "Menyambut hari perayaan kesempurnaan YMS. Membuat siapapun setiap Insan merasakan kebahagiaan yang tiada tara."

"Dalam perayaan tersebut tidak hanya disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat Tionghoa saja, namun semua elemen masyarakat umum turut andil untuk merasakan perayaan tersebut dengan penuh sukacita," ujar Iman.

Gotong Toapekong sendiri, tambah Iman, telah menyatukan, mempererat, dan mempertahankan terhadap nilai-nilai budaya, tradisi kearifan lokal dan tentunya menjaga keharmonisan dalam keanekaragaman toleransi dan kolaborasi antar umat beragama.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: