Kalbar Jadi Penghasil Alumina Pertama di Indonesia, Kurangi Ketergantungan Impor

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 24 September 2024 | 15:00 WIB
Akhirnya Indonesia bisa hasilkan aluminium  (Foto/Freepik)
Akhirnya Indonesia bisa hasilkan aluminium (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi daerah pertama di Indonesia yang memproduksi alumina melalui peresmian injeksi bauksit proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah.

"Proyek ini menandai babak baru dalam industri mineral logam nasional, dengan Kalbar sebagai pusat produksi alumina yang di produksi oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dan kemudian bahan baku ini nantinya akan digunakan sebagai bahan baku aluminium oleh PT Inalum," kata Hendi.

Hendi menjelaskan, peresmian ini merupakan langkah penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian dalam pengolahan mineral logam dari hulu ke hilir. "Kami sangat bangga bisa menyaksikan peresmian injeksi bauksit pertama ini. Kalbar resmi menjadi daerah pertama yang memproduksi alumina di Indonesia, dan kami berkomitmen untuk menjadikannya pusat pengolahan mineral logam yang terintegrasi," katanya dikutip dari Antara.

Ia mengatakan, dengan injeksi bauksit ini merupakan tahap awal dalam proses produksi alumina, dengan target produksi pertama pada November 2024.

Proyek SGAR di Kalbar terbagi dalam dua fase, dengan fase pertama yang diproyeksikan mencapai produksi penuh pada kuartal pertama 2025. Fase kedua akan memperluas kapasitas produksi hingga mencapai 1 juta ton alumina per tahun pada tahun 2028.

Kalbar diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus memperkuat ekonomi nasional melalui peningkatan kapasitas produksi mineral logam dalam negeri.

"Dengan proyek ini, Kalbar tidak hanya berperan penting dalam industri mineral logam, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi daerah dan nasional. Produksi alumina bisa mengurangi ketergantungan impor dan mendorong terciptanya lapangan kerja baru," kata Hendi.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: