Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Pilot Terdampar di Alor NTT

Oleh: Tim Redaksi
Rabu, 25 September 2024 | 11:50 WIB
Paus pilot yang terdampar di Pantai Lie Jaka, Kabupaten Sabu Raijua, NTT, beberapa tahun lalu. (Foto/KLHK)
Paus pilot yang terdampar di Pantai Lie Jaka, Kabupaten Sabu Raijua, NTT, beberapa tahun lalu. (Foto/KLHK)

BeritaNasional.com - Beberapa paus pilot yang terdampar sempat menggegerkan warga di pesisir Pantai Liliwera, Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu (7/9/2024).

Puluhan mamalia yang juga disebut paus pemandu sirip pendek (short-finned pilot whale) yang terdampar ini bukan sebuah fenomena pertama kali terjadi di Indonesia. Namun, hal ini dapat menjadi sebuah pertanda terjadinya gangguan terhadap ekosistem.

Peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika menjelaskan fenomena alam tersebut. Menurutnya, hal tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor alamiah maupun faktor antropogenik.

Icha, sapaan akrabnya, menjelaskan paus merupakan mamalia laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, seperti penggunaan sonar di bawah laut, pencemaran air, kontaminasi sampah laut, hingga badai matahari yang menyebabkan gangguan elektromagnetik pada kutub-kutub bumi. 

Paus menggunakan sonar untuk sistem navigasinya, sehingga bisa terganggu oleh penggunaan perangkat yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau sonar di dalam laut seperti pada kegiatan eksplorasi migas. 

“Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus, sedangkan semakin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut. Fenomena terdamparnya paus, seperti pada paus sperma, dapat juga berkaitan dengan terjadinya badai matahari,” tambah Icha.

Icha menyebut faktor alami lain seperti penyakit atau usia tua dapat membuat paus lebih rentan terdampar. “Paus yang sakit atau tua sering kali kehilangan kemampuan navigasinya, waa,atau terpisah dari kawanan, yang menyebabkan mereka lebih rentan terdampar di pantai,” tambah Icha.

Kejadian ini perlu mendapatkan perhatian serius karena paus merupakan spesies yang dilindungi. 

Untuk itulah jejaring penanganan mamalia laut terdampar di Indonesia yang beranggotakan pegiat lingkungan, pemerintah pusat dan daerah, organisasi non-pemerintah, serta komunitas masyarakat di seluruh pesisir Indonesia terus bekerja sama melakukan tindakan penanganan dengan cara yang tepat, seperti upaya pengembalian paus ke laut bagi biota yang masih hidup, atau penguburan bagi biota yang sudah mati. 

Upaya penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab spesifik terdamparnya paus juga perlu dilakukan melalui nekropsi (bedah bangkai hewan).

Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Achmad Sahri menambahkan dari sisi pola distribusi kejadian paus terdampar di Indonesia. BRIN juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University, Australia, untuk melakukan riset terkait ekologi paus dan kejadian terdampar, guna memahami lebih jauh tentang tingkah laku biota ini dan mencegah terulangnya kejadian serupa.

"Karena itu, masyarakat di sekitar pesisir diminta untuk melaporkan kejadian serupa kepada pihak berwenang dan tidak melakukan tindakan yang bisa membahayakan paus. Masyarakat juga diimbau untuk tidak mengganggu/menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini dalam kondisi lemah dan perlu penanganan yang tepat. Segera laporkan kepada pihak berwenang untuk penanganan lebih lanjut," tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: