Film Jadi Titik Temu antara Budaya dan Gaya Hidup Berkelanjutan

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Kamis, 17 Oktober 2024 | 03:30 WIB
Film jadi titik temu antara budaya dan gaya hidup berkelanjutan (Foto/Pixabay)
Film jadi titik temu antara budaya dan gaya hidup berkelanjutan (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, film dapat menjadi titik temu antara budaya dan gaya hidup berkelanjutan.

“Nilai-nilai dan praktik budaya kita membentuk cara kita berinteraksi dengan lingkungan dan satu sama lain. Dengan mempromosikan prinsip-prinsip emisi nol bersih dan ekonomi sirkular, kami menganjurkan perubahan budaya menuju keberlanjutan, tanggung jawab, dan pengelolaan planet kita,” ujar Hilmar.

Hilmar mengatakan, hal tersebut menanggapi kegiatan Science Film Festival yang kembali hadir di Indonesia dalam edisi ke-15, menjangkau siswa SD hingga SMA di 100 kabupaten/kota dan diselenggarakan secara hibrida mulai 15 Oktober-30 November 2024.

Festival yang diinisiasi oleh Goethe-Institut itu mengambil tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular” melalui film-film internasional dan sejumlah eksperimen sains yang menyenangkan.

Hilmar menjelaskan, fokus ekonomi sirkular terletak pada penggunaan kembali, perbaikan, dan daur ulang yang sejalan dengan praktik budaya tradisional dengan mengutamakan akal dan menghormati alam.

“Lewat media film yang kuat, festival ini menyoroti titik temu antara budaya dan keberlanjutan, menginspirasi kita untuk memikirkan kembali kebiasaan kita dan menerapkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Constanze Michel menyampaikan, Science Film Festival mengangkat beragam karya film internasional yang fokus pada pentingnya konsep nol bersih dan ekonomi sirkular untuk mengatasi tantangan akibat krisis iklim.

“Kami percaya, sains bisa menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan. Melalui film-film bertopik ilmiah dari berbagai negara, kami ingin memantik kreativitas dan inspirasi anak dan remaja di Indonesia, serta di negara-negara Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika agar lebih banyak generasi muda yang ingin mempelajari dan mencintai sains,“ ujarnya.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: