AS dan Korsel Desak Korut Tarik Pasukannya dari Rusia
BeritaNasional.com - Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong Hyun mendesak Korea Utara (Korut) segera menarik sekitar 10.000 tentaranya dari Rusia, yang diyakini kedua negara itu akan berperang bersama Rusia dalam perangnya di Ukraina.
“Mereka melakukan ini karena Putin telah kehilangan banyak pasukan. Ia punya pilihan untuk meminta bantuan pihak lain, atau dia bisa memobilisasi pasukannya. Ia tidak ingin melakukan mobilisasi, karena rakyat Rusia akan mulai memahami besarnya kerugian yang dia alami, kerugian yang mereka alami,” kata Austin dalam konferensi pers bersama di Pentagon.
"Lebih dari setengah juta tentara Rusia tewas atau mengalami luka-luka di Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi 24 Februari 2022. Kini mereka beralih ke Korut untuk memperkuat pasuakannya," kata para pejabat AS.
kini beralih ke negara paria Korea Utara untuk memperkuat pasukannya.
“Kim Jong Un tidak segan-segan menjual pemuda dan pasukannya sebagai tentara bayaran yang menjadi umpan meriam,” kata Kim Yong Hyun.
“Saya yakin aktivitas seperti itu merupakan kejahatan perang yang tidak hanya anti-kemanusiaan namun juga anti-damai,” tambahnya.
Negara-negara Barat telah menyatakan keprihatinannya mengenai apa yang akan diperoleh rezim Kim Jong Un sebagai imbalan dari Moskow atas pasukannya.
Korea Utara sedang menghadapi sanksi-sanksi internasional karena program rudal balistik nuklir terlarangnya.
Menteri Pertahanan Korea Selatan mengatakan, kemungkinan besar Korea Utara akan meminta teknologi senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua sebagai imbalan atas pasukannya, sehingga meningkatkan ancaman keamanan di Semenanjung Korea dan di seluruh dunia.
Di PBB, Ukraina dengan dukungan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Slovenia dan Malta meminta DK PBB bertemu untuk membahas perkembangan tersebut.
Utusan Rusia menolak pertemuan itu dengan mengatakan pertemuan tersebut diadakan untuk menodai Rusia dengan lebih banyak kebohongan dan disinformasi, dan menambahkan bahwa informasi keberadaan pasukan Korea Utara di Rusia merupakan kebohongan nyata.
4 bulan yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 10 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 21 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu