Budaya Patriarki Sebabkan Kasus KDRT Tinggi

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Minggu, 17 November 2024 | 05:00 WIB
Budaya patriarki sebabkan kasus KDRT Tinggi (Foto/Pixabay)
Budaya patriarki sebabkan kasus KDRT Tinggi (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menilai, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang mendominasi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan disebabkan budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat.

"Ada beberapa persoalan. Dalam masyarakat modern, ternyata budaya patriarkinya masih kental, di mana suami selalu ditempatkan sebagai pemimpin keluarga, sementara istri subordinasi dari laki-laki dalam relasi rumah tangga," kata Anggota Komnas Perempuan Bahrul Fuad dikutip dari Antara.

Selain itu, pengetahuan perempuan mengenai kekerasan juga masih rendah.

"Banyak korban yang mengadu ke Komnas Perempuan, mereka tidak tahu, tidak menyadari apa yang mereka alami sebagai bentuk dari kekerasan berbasis gender. Contohnya ketika istri tidak mau membuatkan kopi untuk suaminya, lalu dimarahi oleh suaminya, bahkan sampai dipukul. Mereka (para korban) merasa tugas istri harus taat dan patuh pada suami," kata Bahrul Fuad.

Pihaknya menambahkan akses terhadap pengaduan dan layanan masih minim terutama bagi korban yang tinggal di daerah pedalaman.

Pada data Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2023, tercatat kekerasan berbasis gender terhadap perempuan ada 289.111 kasus, dengan 98,5 persen merupakan kasus kekerasan di ranah domestik.

Sedangkan jumlah kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan yang diadukan ke Komnas Perempuan tercatat ada 3.303 kasus, dengan 85 persen merupakan kasus KDRT.

"Padahal kita sudah punya Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) yang usianya sudah 20 tahun. Ironisnya KDRT tidak ada kecenderungan menurun, justru terus meningkat," katanya.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: