Bayi Alami Separation Anxiety, Ini Penjelasannya!

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 27 November 2024 | 10:31 WIB
Ilustrasi bayi menangis (BeritaNasional/Pixabay)
Ilustrasi bayi menangis (BeritaNasional/Pixabay)

BeritaNasional.com -  Bagi seorang ibu yang memiliki anak yang masih bayi atau balita biasanya terbiasa dengan drama kehidupan yang satu ini, yakni tidak bisa jauh dari si kecil. Si kecil akan menangis histeris ketika sang ibu sedikit menjauh dari darinya seperti pergi ke dapur, kamar mandi bahkan sekadar untuk makan siang sebentar saat anak tidur. Kondisi ini sering disebut para ibu dengan sebutan "ketempelan"

Para pakar menyebut fenomena ini sebagai separation anxiety perasaan sedih, cemas, gelisah, atau takut yang dialami bayi ketika harus berpisah dengan orang tua atau pengasuh terdekatnya.

Apakah Separation Anxiety normal?
Separation anxiety adalah hal yang normal. Rasa cemas terhadap perpisahan adalah bagian alami dari proses tumbuh kembang bayi.

Rasa cemas untuk berpisah atau ditinggal orang tua biasanya muncul setelah bayi memahami tentang keberadaan objek di sekitarnya. Bayi umumnya mulai memahami konsep ini pada usia 4-5 bulan. Di kelompok usia ini juga bayi baru bisa memahami jika akan ada selalu orang yang menemaninya. 

Ia belum mengerti bahwa objek-objek yang ada di sekitarnya bisa menghilang atau bersembunyi, tapi sebenarnya masih bisa kembali lagi. 

Bayi juga belum mengerti tentang konsep waktu, sehingga mereka mengira orang tua yang keluar dari kamar sudah pergi untuk selamanya dan tidak bisa dilihat lagi.

Selain itu, separation anxiety juga bisa terjadi karena mungkin di awal tumbuh kembangnya, si Kecil tidak pernah ditinggal sendiri atau jarang ditemani orang lain selain Mama dan Papa. Tanpa konsep-konsep tersebut, bayi bisa menjadi cemas dan takut ketika orang tua pergi dan “menghilang” dari pandangan mereka.

Kondisi ini bisa bertahan sampai usia berapa? 
Separation anxiety biasanya muncul saat bayi masih bayi dan akan mencapai puncaknya ketika si Kecil berusia antara 9-18 bulan dan biasanya berakhir pada saat anak berusia 3 tahun.

Sebenarnya para orang tua tidak perlu terlalu khawatir dengan separation anxiety, karena ini adalah permulaan untuk bayi pelan-pelan belajar bahwa perpisahan bukan hal yang permanen.

Penyebab Separation Anxiety pada bayi
Meskipun separation anxiety merupakan hal yang normal terjadi, namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya kondisi ini, antara lain:

1.Beradaptasi di lingkungan yang baru.

2.Gaya pengasuhan yang tidak membiasakan si Kecil untuk memilih.

3.Kehilangan orang tua atau pengasuh.

4.Memiliki saudara baru.

5.Memiliki pengasuh baru.

6.Pindah rumah.

7.Pengasuh yang mengalami stres.

8.Bayi merasa tidak enak badan, lapar, atau merasa lelah.

Gejala Separation Anxiety pada bayi

Ketika akan ditinggal orang tua atau pengasuhnya, bayi biasanya akan menunjukkan tanda-tanda separation anxiety seperti: 

1.Menangis histeris saat Mama, Papa, atau pengasuhnya keluar kamar.

2. Menangis dan rewel saat Mama atau pengasuh tidak berada di ruangan yang sama dengan si Kecil.

3. Terbangun di malam hari dan menangis mencari Mama atau Papa setelah sebelumnya bisa tidur lelap sepanjang malam.

4. Menolak atau susah tidur tanpa keberadaan orang tua di dekatnya.

5. Selalu ingin dekat dengan Mama atau pengasuh sampai si Kecil tertidur.

6. Tidak suka bermain sendiri.

7. Tidak mau berpisah dari Mama atau pengasuhnya ketika berada di situasi baru.

8. Cenderung memiliki preferensi yang kuat terhadap satu orang saja dibanding bersama. yang lain.

9. Merasa takut jika melihat orang yang belum dikenal atau belum pernah dilihatnya.

Cara Menangani Separation Anxiety pada bayi

Tidak perlu panik ya Ma jika si Kecil sedang mengalami separation anxiety. Mama bisa melakukan beberapa cara seperti berikut ini: 

1. Berpamitan pada si kecil
Mamdad mungkin pernah berpikir untuk diam-diam meninggalkan bayi dengan pengasuh supaya tidak perlu terjadi drama berkepanjangan saat akan pergi. Namun, jangan pernah melakukan hal ini ya.

Mamdad disarankan untuk tetap berpamitan dengan si Kecil. Sampaikan kapan Mamdad akan pergi dan kapan Mamdad akan kembali. 

Apabila Mamdad pergi begitu saja tanpa berpamitan, si kecil akan merasa bingung dan kecewa berat saat menyadari mamdad tidak ada di sampingnya. 

Hal ini akan membuat momen perpisahan selanjutnya menjadi lebih sulit dan menakutkan bagi si kecil. 

Namun, usahakan Mamdad berpamitan dengan singkat, ya. Apabila durasi berpamitan terlalu lama, si kecil akan semakin susah untuk berpisah dengan Mama. 


2. Pasang Ekspresi Wajah Ceria
Saat akan berpisah dengan si kecil, Mamdad harus terlebih dahulu merasa tenang sehingga dapat berpamitan sambil memasang wajah yang ceria. 

Apabila Mamdad merasa tidak tenang dan memasang wajah yang muram si Kecil dapat menangkap hal tersebut dan cenderung lebih rewel. 

Pasalnya, si kecil akan turut merasakan sedih dan menerjemahkan raut muka murung Mamdad sebagai tanda ia berada di tempat yang tidak aman. 

3. Buat Momen Perpisahan Jadi Menyenangkan dan Konsisten
Ternyata dengan memberikan kesan menyenangkan saat akan berpisah dengan si Kecil akan membantunya mengatasi separation anxiety.

Mamdad bisa membiasakan untuk mencium pipi, melambaikan tangan dengan ceria, atau memberikan benda kesayangan si kecil saat akan pergi. 

Selain itu, biasakan untuk melakukan ritual perpisahan yang sama di waktu yang sama setiap hari. Contohnya, jika Mamdad terbiasa untuk berangkat kerja jam 7 pagi, maka buatlah perpisahan menyenangkan di jam tersebut. 

Tujuannya agar si Kecil terbiasa dan hafal dengan kebiasaan Mamdad yang tidak ada disampingnya di waktu-waktu tertentu.

Mama juga perlu yakin dengan pengasuh bahwa si Kecil akan diasuh dengan baik selama Mamdad tidak berada di dekatnya.

4. Seringlah Menghibur dan Memeluk si Kecil
Untuk mengatasi separation anxiety pada si Kecil, penting untuk sering menghibur dan memeluknya. 

Cobalah memberikan dukungan emosional dengan menghiburnya dan memberikan pelukan hangat. Hal ini membantu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi si Kecil, mengetahui bahwa orang tua selalu ada untuknya.

Berikan perhatian ekstra dan luangkan waktu untuk bermain dengannya. Mendengarkan ceritanya dan terlibat dalam aktivitas yang disukainya akan membantu mengalihkan perasaannya dan memperkuat ikatan antara orang tua dan si Kecil. 

Dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih, si Kecil akan merasa lebih tenang dan percaya diri dalam menghadapi perpisahan dengan Mamdad di kemudian hari.


5. Biasakan Bayi Merangkak Menjauh dari Mamdad
Salah satu cara mengatasi separation anxiety pada bayi adalah dengan membiasakannya untuk merangkak jauh menjauh dari Mama atau pengasuh.

Tujuan hal ini dilakukan untuk membantu mengembangkan kemandirian. Hal yang terpenting, pastikan untuk terus mengawasinya, ya. 

6. Latihan Tinggalkan Bayi Sebentar
Mamdad juga bisa mencoba biasakan berlatih meninggalkan bayi di tempat yang aman.

Tak lama kemudian Mamdad atau pengasuh bisa kembali lagi. Cara berlatih ini bertujuan untuk menunjukkan pada bayi jika Mama atau pengasuhnya bisa pergi dan akan kembali lagi menemaninya.

7. Terus Kenalkan dengan Lingkungan dan Orang Baru
Mamdad yang bekerja dan harus menitipkan si Kecil ke daycare atau pengasuh perlu membiasakan diri berpisah dengan bayi. Biarkan si Kecil bertemu dengan orang baru serta berada di tempat baru.

Mama bisa mempertemukan bayi dengan pengasuh lebih sering agar si Kecil terbiasa melihat wajah dan merasakan keberadaan pengasuh baru. Jika diperlukan, kunjungi daycare beberapa kali sebelum Mama menitipkannya di sana. sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: