Junta Militer Myanmar Siap Bebaskan 6.000 Tahanan

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Minggu, 05 Januari 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi junta militer (Foto/Asia Scot)
Ilustrasi junta militer (Foto/Asia Scot)

BeritaNasional.com - Sejak kudeta Februari 2021 yang mengakhiri periode singkat demokrasi di Myanmar, militer menahan ribuan pengunjuk rasa dan aktivis. Hal itu membuat negara tersebut kacau.

Junta Militer Myanmar mengumumkan rencana pembebasan hampir 6.000 tahanan sebagai bagian dari amnesti tahunan untuk memperingati hari kemerdekaan negara itu.

Sejak kudeta Februari 2021 yang mengakhiri periode singkat demokrasi di Myanmar, junta militer menahan ribuan pengunjuk rasa dan aktivis, membuat negara tersebut kacau.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu, junta mengumumkan lebih dari 5.800 tahanan, termasuk 180 warga asing, akan dibebaskan sebagai bagian dari peringatan 77 tahun kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Junta tidak memberikan informasi mengenai dakwaan para tahanan atau kewarganegaraan tahanan asing yang akan dideportasi setelah pembebasan.

Junta militer mengatakan, mereka memerintahkan pengampunan atas dasar kemanusiaan dan belas kasih.

Junta juga mengumumkan, hukuman penjara seumur hidup bagi 144 orang akan dikurangi menjadi 15 tahun.

Myanmar kerap memberikan amnesti massal kepada ribuan tahanan dalam rangka peringatan hari raya atau festival Buddha.

Tahun lalu, junta militer memberikan amnesti terhadap lebih dari 9.000 tahanan sebagai bagian dari peringatan hari kemerdekaan.

Upacara peringatan hari kemerdekaan di ibu kota Naypyidaw yang dijaga ketat pada Sabtu pagi dihadiri oleh sekitar 500 pejabat pemerintah dan militer.

Dikutip dari VOA, Wakil Kepala Junta Militer, Soe Win mengulang seruan junta kepada puluhan kelompok bersenjata etnis minoritas yang telah bertempur dengan mereka selama empat tahun terakhir untuk menyerahkan senjata dan menyelesaikan masalah politik secara damai.

Ia menegaskan janji militer untuk menggelar pemilihan umum demokratis yang tertunda dan menyerukan persatuan nasional.


 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: